Kalau yang lain uda pada ke Gua Pindul, sekitar 1-2 tahun lalu. Aku mah baru ke sana pas Oktober 2015. Sempet sih ditawari temen buat ikut ke Gua Pindul dan jalan-jalan Jogja pas tahun baru kemarin. BIG NO!!!. Udah tau gimana ramenya Jogja pas tahun baru, apalagi di Gua Pindul, malah jadinya ga menikmati
Mumpung kerjaan udah agak longgar, tetapi ga bisa ambil cuti (karena jatah uda mepet sih), rencana awal ke Karimun pun digeser ke Gua Pindul. Setidaknya sama-sama main air. Kali ini travelingnya duet sama Wiwin, sesama cah Magetan yang kerjanya di Ngawi. Iyaaa, ke Gua Pindul berdua aja. Bisa gitu di sana kalau ga rombongan? Waaahhh, jangan salah. Malah bisa dapat pengalaman berkesan, tidak hanya sekedar naik di atas ban pelampung. Baca terus posting ini sampai selesai, biar tahu seberapa berkesan sih pengalaman di Pindul.
Kami janjian ketemu di Terminal Giwangan dini hari. Biar bisa nyampe ke Gua Pindul pagi juga. Aku sampe di Giwangan sekitar pukul 03.30 pagi, tidak lama kemudian Wiwin juga nyampe terminal. Sambil menunggu Subuh, kami putuskan untuk ngemper di mushola terminal. Iyaaaa, ngemper alias tidur di teras, berteman nyamuk, tanpa alas, berbantal guling menggunakan tas ransel.
Setelah Subuh, dan langit sudah mulai terang, kami putuskan untuk mencari bus jurusan Wonosari. Tidak menunggu terlalu lama, bus pun berangkat meskipun penumpangnya belum penuh. Ternyata di jalan, bus pun mendapatkan penumpang, mulai dari anak sekolah sampai ke pegawai yang berangkat kerja. Jangan ditanya bagaimana perjalanan dari Giwangan ke Wonosari, karena aku molor di bus, melampiaskan jatah tidur yang berkurang semalem di bus menuju Yogyakarta. Baru bangun pas di Perempatan Grogol, di mana tempat kami seharusnya turun untuk melanjutkan perjalanan menuju Gua Pindul.
Seorang Ibu menyarankan kami untuk naik bus menuju Gua Pindul, biasanya pagi ada bus yang mengangkut anak sekolah yang juga menuju ke arah Gua Pindul. Tetapi tukang ojek menyarankan untuk naik ojek saja, bisa sekalian PP, karena kalau sudah sore, tidak ada kendaraan yang mengangkut kami dari Pindul kembali ke perempatan ini. Namanya mereka juga sekalian prospek konsumen. Setelah dipikir-pikir, akhirnya kami sepakat untuk menyewa dua bapak ojek, dengan tarif sewa masing-masing Rp 40,000 untuk PP Grogol – Pindul.
Sampai di area Gua Pindul, ternyata di sana tidak hanya satu pengelola yang melayani wisatawan. Di kawasan wisata Gua Pindul ini, ada sekitar 8 atau 9 pengelola wisata Gua Pindul. Oleh sang bapak ojek yang baik hati, kami diantarkan ke pengelola wisata yang dekat dengan lokasi masuk ke Gua Pindul. (Pastinya sih, kedua bapak ojek ini juga dapat komisi dari pengelola ini). Tidak lupa aku minta nomor kontak bapak ojek ini, biar nanti kalau sudah selesai tinggal telepon atau sms. Oia, bayarnya di belakang lho. Percaya banget mereka sama kami berdua.
Kamipun mendaftar ke loket pendaftaran. Beberapa paket wisata ditawarkan, dan kami pun memilih paket Cave Tubing Gua Pindul dan Rafting Kali Oyo, masing-masing nilainya Rp 35,000 dan Rp 45,000. Setelah berbasa-basi dengan petugas loket, ealah ternyata mbak petugas loketnya cah Magetan juga.
Sebelum nyemplung, kami isi amunisi tenaga dulu pake mie ayam yang ada di lokasi pengelola wisata. Selesai makan, kami menitipkan barang ke penitipan (GRATISSS), dan ditanya pake fotografer atau tidak, yang tarifnya Rp 100,000. Namanya juga backpacker ala-ala, daripada buat sewa fotografer, mending buat makan aja. Nanti fotonya bisa gantian. :p
Ngomong-ngomong soal foto memfoto, lah ini Soniyem (panggilan kesayangan buat Sony Xperia C Ungu yang mau ulang tahun ke-2 pas Desember nanti) mau ditaruh mana. Akhirnya, aku beli case pelindung handphone yang kedap air. Sayangnya warna ungu ga ada, akhirnya beli yang warna biru, ya cukup miriplah, harganya Rp 20,000. (Dan setelah selesai rafting, baru keliatan ada yang jual warna ungu).
Dipanggillah namaku, oleh salah satu guide. Jadi, kali ini kami akan ditemani oleh guide bernama Anton kalau ga Antok (aku lupa tepatnya), yang sok cool. Nah, karena guide-nya ga mungkin cuma ngurusi dua cewek ala-ala ini, akhirya kami digabungkan dengan rombongan Bapak – anak (kayaknya SMP), yang berasal dari Pati. Nah kalau Bapak sama anaknya ini nyewa fotografer.
Kawasan Gua Pindul pagi itu masih sepi. Jadi kami tidak perlu antri. Setelah foto-foto bentar dengan latar belakang Gua Pindul, kami pun mulai naik ke ban pelampung. Di sinilah si guide mulai beraksi. Sebelum mulai cave tubing, guide meminjam handphone Wiwin untuk memfoto kami, kemudian dia bilang “Mba, ini sudah dicoba belum? Kalau bocor gimana”. Belum kami jawab, dia sudah mencelupkan handphone dalam case tersebut ke dalam air. Kami pun refleks berteriak, dan si Mas Guide cengar cengir aja. Memang sih, sebenarnya case tersebut sudah kedap air, tetapi refleks aja sih kalau handphone-nya dimasukkan ke air.

Mulai masuk ke dalam Gua Pindul. Secara umum, Gua Pindul adalah gua yang di bawahnya terdapat aliran sungai yang dalamnya sampai 11 meter. Sambil cave tubing, Mas Guide juga menjelaskan tentang stalaktit stalakmit dan sejarah gua. Tapi, tetep aja ya Mas Guide ini banyak bercandanya. Misalkan nih, si guide bilang “Di dalam Gua Pindul ini ga boleh mainan air, contohnya kaya gini nih” sambil nyipratin air ke mukaku. Itupun ga cuma sekali, berkali-kali. Pokoknya ga mau kalah.
Mendekati finish, rombongan kami didahului oleh rombongan bapak-bapak, yang agak-agak ganjen. Untung saja udah finish. Si Guide pun kembali beraksi di garis finish. Kalau bahasa Jawanya, kami dijungkelne dari ban pelampung. Untung saja di area finish airnya tidak terlalu dalam. Naik dari Gua Pindul, kami berdua sudah dalam keadaan basah kuyup.
Kami pun melanjutkan perjalanan menuju Kali Oyo. Jangan dikira Kali Oyo deket banget dengan Gua Pindul. Menuju Kali Oyo, kami harus naik mobil pick up bak terbuka, bersama ban-ban pelampung kami. Mobil ini pun melewati jalanan offroad dikelilingi pohon kayu putih. Aku pun mencoba memetik beberapa daun kayu putih tersebut dan merasakan baunya yang khas.
Sampai di Kali Oyo, di musim kemarau ini, air cukup surut dan arusnya pun tenang. Tapi kami bisa melihat keindahan batu karst yang berada di tepi sungai. Dalam kondisi yang tenang tersebut, aku bahkan bisa duduk bersila di pelampung sambil chatting bahkan update status (netizen banget nih).

Keusilan si Guide tidak hanya berhenti di Gua Pindul. Di Kali Oyo pun, beberapa kali dia menyelupkan handphone kami ke dalam air seperti teh celup dan menghujani kami dengan air sungai. Tambah lagi keusilannya, ketika dia sedang mengurusi Bapak Anak yang ikut dalam rombongan kami ini, tidak jarang aku dan ban pelampungku dilepaskan dari rombongan dan dibiarkan begitu saja mengapung di air. Aku ga bisa renang woiii Mas. Beberapa kali berteriak, sok tidak digubris. Baiklah, aku diam saja di pelampung, nanti pasti juga diambil. :p
Di tengah perjalanan, kami bertemu dengan air terjun mini di tepi sungai. Aku pun dilepaskan di bawah air terjun tersebut, dan diturunkan lagi dengan cara membalikkan pelampung. Untung saja aku berpegangan dengan batu sungai di samping air terjun. Wiwin pun diturunkan dari pelampung dengan cara yang sama, kurang beruntungnya dia turun di bagian yang agak dalam sehingga harus kubantu untuk bisa naik ke batu. Tapi sensasi diturunkan dari pelampung tersebut terbayar dengan segernya main air di bawah air terjun. Kalau ikut rombongan besar mah belum tentu bisa turun dan main di bawah air terjun kaya gini. Kaya Ibu-ibu rombongan setelahku yang cuma duduk santai di pelampung.

Keusilan si guide mah emang jempol deh. Mendekati finish, kami pun diturunkan paksa lagi, dengan cara yang sama. Finish tinggal 10 meter lagi, tapi kami diturunkan di lokasi yang agak dalam. Aku yang ga bisa berenang pun akhirnya mencoba memegangi batuan di tepi sungai dan mencoba meraih ban pelampung. Akhirnya, sampai juga di finish dengan selamat.

Pengalaman yang bikin deg-degan, sekaligus bikin ketagihan dan berkesan banget. Terima kasih banyak guide usil, cave tubing di Gua Pindul dan rafting di Kali Oyo jadi ga biasa-biasa aja. Ga hanya sekedar naik pelampung aja. Tidak lupa kami minta foto bareng sama si guide.
Dari pengalaman Gua Pindul dan Kali Oyo ini kerasa banget deh aplikasi dari teori Tourism Marketing (Ini mah jualan banget kamu Nes). Cave Tubing Gua Pindul dan Rafting Kali Oyo ini biasa aja alias masih dalam tahap OK, kalau cuma sekedar dinikmati dari atas pelampung. Tapi kalau udah punya pengalaman berkesan gini, sampai dijeburin gini, rasanya uda naik ke level AHA. Udah bikin pengunjung pingin kembali lagi untuk merasakan sensasi pengalaman di Gua Pindul dan Kali Oyo. Kalau mau naik ke level WOW, pengelolaan Gua Pindul dan Kali Oyo harus bisa menampilkan suatu program untuk kelestarian alam sekitar, misalkan pembersihan sampah di sungai (beberapa sampah keliatan sih) ataupun kegiatan pelestarian alam lain yang bisa melibatkan pengunjung.

Saran kalau ke Gua Pindul dan Kali Oyo, biar dapet pengalaman yang keren :
- Datang lebih pagi. Kawasan wisata ini sudah buka jam 07.30. Kalau datang pagi dijamin tidak antri. Pas tubing dan rafting pun tidak tergesa-gesa, jadi bisa menikmati pemandangan juga.
- Datang dengan rombongan kecil. Maksimal 7-8 orang lah. Dengan jumlah yang tidak terlalu banyak ini, biasanya bisa lebih engage dengan guide
- Jangan lupa siapkan case kedap air buat handphone
Sampai jumpa di cerita destinasi selanjutnya.
Leave a Reply