Gunung Blego, Keindahan di Dekat Mata yang Terlupakan

Tanpa terasa, 4 tahun terakhir ini perjalanan blakrakan-ku ternyata sudah cukup lumayan menjelajah beberapa pulau yang ada di Indonesia. Mulai karena kerjaan, ataupun niatnya memang murni jalan-jalan. Dan ternyata, aku malah belum sama sekali menginjakkan kaki di sebuah tempat yang tidak kalah indahnya di desaku. Aku kadang malah menyebutnya “gunung mburi omah” (gunung di belakang rumah), karena memang dari rumahku sudah kelihatan gunungnya.

Entah efek relativitas atau apa, aku merasa gunung itu semakin lama semakin dekat, semakin lama semakin terlihat besar. Di umurku yang sudah lebih dari seperempat abad ini (sudah mulai lupa umur, mungkin lebih tepatnya ga mau ngaku umur. Hahaha), mungkin gunung itu memberi tanda padaku bahwa aku belum pernah ke sana, mengingatkanku untuk segera ke sana.

DSC_3238
Gunung Blego, diambil dari Desa Pohijo, Kec. Ponorogo

Gunung itu bernama Gunung Blego, mungkin lebih tepatnya dia adalah sebuah bukit. Ketinggian Gunung Blego ini kurang lebih hanya 996 meter, masih kurang dari 1.000 meter ternyata. Gunung ini mirip dengan Gunung Lawu dalam hal lokasi. Seperti Gunung Lawu, Gunung Blego ini terletak di perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur. Gunung Blego sendiri secara administratif sebagian berada di Jawa Tengah, di Desa Nguneng, Kec. Puhpelem, Kab. Wonogiri. Sedangkan sebagian di Provinsi Jawa Timur, lebih tepatnya di Desa Sombo, Kec. Poncol dan Desa Ngunut, Desa Trosono dan Desa Sayutan, Kec. Parang.

Sesuai dengan lokasinya, perjalanan menuju Gunung Blego dapat dicapai melalui kelima desa tersebut. Perjalanan pembuka tahun 2018-ku kemarin menuju Gunung Blego aku pilih dengan menikmati Gunung Blego melalui desaku sendiri, Desa Sayutan. Dari rumahku yang berada pusat Desa Sayutan (cieee pusat), perjalanan dimulai dengan kendaraan menuju Dukuh Dukuh. (iya, nama dukuhannya juga Dukuh). Dari ujung Dukuh Dukuh, perjalanan dilanjutkan tentu saja dengan berjalan kaki.

Karena gunung kecil ini adalah gunung yang sudah non aktif, jadi sepanjang perjalanan kita akan melewati kawasan tegalan milik penduduk. Berbagai macam jenis tanaman yang ada di sana, mulai dari jagung, cabe, dan pohon duren juga ada. Namun, tidak sedikit beberapa lahan yang dibiarkan terbengkalai alias bero, mungkin karena pemiliknya yang sudah males naik gunung. Selain pemandangan tegalan/kebun, kita bisa melihat daerah Ponorogo dan Jawa Tengah yang berada di selatan Gunung Blego. Bahkan sepertinya terlihat barisan pegunungan daerah Pacitan.

DSC_4676.JPG
Pemandangan dalam perjalanan via Dukuh, Sayutan

Sebagian rute menuju Gunung Blego via Dukuh, Sayutan ini ada yang mudah, dan ada juga yang agak terjal. Beberapa kali aku dan rombongan istirahat untuk sekedar menarik napas. Perjalanan kami pun ditemani dengan beberapa penduduk desa yang akan ke puncak dan kawah/telaga Gunung Blego untuk melihat tanamannya. Salah satunya beliau ini, namanya Mbah Parpin, beliau lahir di tahun 1928, dan sampai saat ini masih kuat ke kebunnya yang berada di Gunung Blego. Neser yang ngakunya traveler mah lewat sama mbah ini yang nafasnya masih kuat banget. Kamu kudu banyak-banyak gerak, Nes. Ini juga yang bikin tambah semangat buat naik ke atas puncak Blego.

DSC_4685
Salah satu ruas menuju Gunung Blego
DSC_4692
Mbah Parpin yang masih kuat naik Gunung Blego, di usianya yang hampir 90 tahun

Selama kurang lebih 1 jam, akhirnya sampai juga di pinggir Telogo Wurung. Sebuah cekungan yang berada di Gunung Blego, mirip kawah. Cekungan ini konon dulu katanya mau jadi telaga, namun ga jadi, makanya namanya Telogo Wurung. Nah berbeda dengan kawah/telaga di gunung yang tinggi, Telogo Wurung ini dimanfaatkan penduduk untuk bercocok tanam. Dari atas, kelihatan banget garis-garis tanahnya rapi. Bahkan secara agraria, lahan di Telogo Wurung ini katanya sudah ada kepemilikannya dan bayar PBB juga. Just FYI, PBB di sini masih murah banget,untuk tanah banyak kurang dari nilai secangkir kopi di cafe.

DSC_4697.JPG
Telogo Wurung, yang tengah itu namanya Pertapan
DSC_4694.JPG
Pemandangan dari Telogo Wurung

Nah, perjuangan tidak selesai berhenti sampai di dekat Telogo Wurung saja. Gunung Blego, punya puncak kecil yang bernama Pertapan. Pertapan diartikan sebagai tempat untuk bertapa. Bahkan katanya ketika zaman penjajahan, daerah Pertapan ini dijadikan sebagai tempat persembunyian. Pertapan ini secara letak berarti di daerah Desa Sombo. Jadi perjalananku pas tahun baru itu sebenarnya melewati 4 desa, Sayutan, Trosono, Ngunut dan Sombo.

Perjalanan ke Pertapan cukup lumayan menantang, rutenya naik terus. Jalur ini sudah lebih mudah dibandingkan beberapa waktu sebelumnya, karena pihak Desa Trosono sudah membantu membuatkan jalur yang lebih mudah pagi pengujung. Terima kasih banyak. Dan kerennya di belakangku ada mbah-mbah lagi yang asalnya Desa Trosono yang pingin naik ke Pertapan. Sampai di Pertapan, kita akan disuguhkan dengan pemandangan daerah perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur yang aduhai. Di Selatan ada kawasan Ponorogo, di Barat ada daerah Wonogiri, di Utara terlihat Gunung Lawu yang gagah beserta kawasan Sarangan, dan di Timur terlihat juga kawasan lain Kecamatan Parang dan kawasan Ponorogo. Kenapa coba keindahan yang dekat kaya gini aku sampai telat banget lihatnya. Neser memang keterlaluan, ga peka.

DSC_4719.JPG
Gunung Lawu dari Pertapan

Sebenarnya perjalanan menuju Gunung Blego ga susah-susah amat, pihak Desa Trosono sudah membuatkan jalan yang cukup mulus menuju Telogo Wurung, jalan makadam yang rapi dan bisa dilewati sepeda motor bahkan mobil. Meskipun demikian, kendaraan harus dipastikan prima karena jalurnya masih banyak yang berupa tanjakan curam.

Kamu kok naik sepeda motor aja sih Nes? Kan cepet, ga capek. Ah, buat aku emang ini niatnya jalan-jalan, bener-bener menikmati keindahan terdekat dari rumah ini sambil bersyukur bahwa aku dilahirkan di sini. Di perjalanan balik menuju rumah, aku dan rombongan pun memilih berjalan kaki sebentar turun sebelum dijemput, sekalian menikmati keindahan pemandangannya, kalau naik sepeda motor atau mobil kan ga bisa sering-sering berhenti.

DSC_4725.JPG
Perjalanan balik lewat Trosono, kalau naik motor/mobil mana bisa liat view seger gini

Ngomong-ngomong, ini salah satu teman traveling-ku pas menuju Gunung Blego. IBUK!

DSC_4709.JPG

Karena Neser masih pingin naik lagi ke Gunung Blego, kalau Neser bikin #BlegoTrip ada yang mau ikut ga ya? Tapi rutenya yang lewat Dukuh, Sayutan dan trekking, bukan naik motor lewat Trosono. Bagus sekalian ngejar sunrise. Nginepnya di rumahku aja. Hahahaha. Yang berminat banget ke Gunung Blego via Sayutan, hubungi Neser ya.

Advertisement

14 responses to “Gunung Blego, Keindahan di Dekat Mata yang Terlupakan”

  1. Sekilas kontur perbukitannya mirip di Mangunan yang bisa melihat sunrise. Menari juga untuk mengabadikan sunrise 🙂

    1. Agak tidak mirip sih, tapi sepertinya keindahannya sebelas dua belas lah. Silakan berkunjung, dari Jogja mungkin butuh waktu 3-4 jam saja

  2. jalur tracking lumayan jauh tapi terbayarkan ya.

    1. Iyaaa benar. Sebenarnya trekkingnya cenderung ringan, kalau misalkan dibanding kaya ke Sikunir, Dieng. Tapi tetep sih, capeknya terbayar dengan viewnya 🙂

  3. Sy yang dari Surakarta udah pernah naik ke Blego waktu KKN di Magetan, tepatnya Desa Trosono Kec. Parang. Itu tahun 2014 yg lalu.. Berarti sy lebih dulu dong! Haha. Asli warga desanya ramah-ramah, sepanjang perjalanan tiap melewati rumah-rumah selalu disambut dengan “Pinarak, Mas”.

    1. Iya nih, kayaknya duluan Masnya daripada aku ke Blegonya
      Berarti naik lewat Trosono ya Mas?

      1. Iya betul lewat Trosono, diajak Kades. Dan memang waktu itu naik motor hahaha, awalnya dengar lucu juga sih naik gunung pke motor tapi itu yg terjadi..

      2. Iyaaa kalau lewat Trosono naik motor. Kalau lewat Sayutan, desa saya, bisa trekking. Oh Masnya anak UNS yg KKN di Trosono ya? Kalau ga salah rumah Paklik saya ditempati buat KKN UNS yang di Sayutan

      3. Iya betul UNS, tp itu udh 2 tahunan yg lalu. Sy ingat memang dulu ada 2 tim di Kec. Parang: tim sy di Trosono dan satunya di Sayutan. Tapi gak tau sih sekarang apa masih berkelanjutan KKN di Magetan itu..
        Dulu emang sih ada keinginan kami kembali lagi ke Blego tapi tanpa naik motor, cuma sampai masa KKN selesai blum pernah terwujud haha

      4. Wah, monggo monggo kembali ke Blego sambil trekking dan mungkin nyari sunrise (ini aku juga belum keturutan). Dekat saja Solo – Magetan (Parang) itu. Hehehe

  4. Ternyata dari sayutan,,sekilas nama ini tidak asing waktu kuliah di ITS

  5. Dulu sering daki gunung iki waktu masa muda , waktu itu pas poso, dan waktu itu kalo mau daki bawa senter gede nah hbs magrib nanti jajal di urepne di lihat dari dusun , kalo dulu belum punya HP untuk komunikasi al hasil nanya nya habis pulang daki 😀 , aq yoo wong magetan 😀 salam kenal ngeh , dengan rasa bangga kita juga udah ngupas sedikit gunung blego ini kalo lawu kita sudah tuntas karena banyak orang yang ngecar lawu.

    Salam dari wong deso juga

  6. Bagus kak, aku yang kelahiran magetan juga baru tau ada gunung ini, kalau ada kesempatan pasti kesana 😁

  7. Ayo kak aku mau kesana sampe puncak bs tektok yaa, aku ke lawu cuman boleh sampe pos 1 sih hehe

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

Blog at WordPress.com.

%d bloggers like this: