Surabaya, kota terbesar kedua di Indonesia mulai bekembang menjadi kota metropolitan. Puluhan pusat perbelanjaan dibangun, pertukaran uang berjalan lancar, bisnis berkembang, banyak hotel baru didirikan. Surabaya pun menjadi semakin penuh dengan gedung tinggi. Pilihan refreshing pun kebanyakan belanja di mall, kuliner atau nongkrong di cafe yang pasti merogoh kocek yang cukup lumayan. Tapi, ternyata Surabaya masih menyimpan wisata dengan harga terjangkau dan cukup merefresh pikiran.
Ekowisata Mangrove Wonorejo
Kawasan wisata mangrove ini berada di pesisir timur Surabaya, lebih tepatnya di kawasan Wonorejo yang masuk wilayah Kecamatan Rungkut. Dari perempatan MERR (Middle East Ring Road) – STIKOM, sudah terdapat petunjuk arah menuju Wonorejo. Tapi jangan kecewa, dalam perjalanan menuju lokasi mangrove, kita akan bertemu dengan jalan yang berlubang-lubang. Bahkan sampai menjadi genangan kolam kecil ketika musim hujan. Mendekati kawasan, jalannya belum diaspal, masih bebatuan yang membuat seluruh badan bergetar apalagi kalau dilewati menggunakan sepeda motor.
Dari tempat parkir, kita akan disambut oleh pendopo yang cukup besar. Dari pendopo ke lokasi loket jogging track, kita akan menemukan beberapa gazebo yang terkunci, salah satunya ada gazebo Rumah Buku yang sepertinya merupakan program binaan Bank Indonesia. Tapi sayangnya, Rumah Buku ini tertutup rapat dan setelah saya intip kondisi dalamnya masih berupa buku-buku di dalam kardus yang belum ditata ke rak buku.
Dari kawasan gazebo, kita kemudian akan masuk kawasan pujasera yang menjual berbagai macam makanan, mulai dari yang ringan sampai yang berat, jadi jangan khawatir kelaparan kalau di sini. Buat yang mau keliling sungai menggunakan perahu, kawasan wisata yang dikelola oleh Pokdarwis Wonorejo Mangrove ini menyediakan layanan perahu wisata keliling sungai dengan tarif Rp 25,000 per orang. Awalnya saya dan teman saya tertarik untuk mencoba, tapi ternyata penumpang perahu tidak diberi fasilitas pelampung, kamipun mengurungkan niat. Meskipun sepertinya aman saja, tapi kami rasa keselamatan penumpang juga perlu diperhatikan.
Sebelum masuk ke loket masuk jogging track, ada dua monyet yang dirantai menyambut kami. Dan salah satu nama monyetnya adalah “Oka”. Pehlis, mirip nama salah satu idola saya, Oka Antara. Duh. Baiklah, abaikan.
Secara keseluruhan, kalau mau melepas penat dengan harga yang murah, Ekowisata Mangrove Wonorejo ini bisa jadi alternatif. Saat ini memang di beberapa bagian masih dalam tahap pembangunan dan renovasi, tetapi masih nyaman untuk menjadi pilihan wisata.
Kebun Bambu dan Taman Bunga di Keputih
Beberapa waktu lalu, teman kampus saya mengirim gambar sebuah kebun bambu dan sebuah taman bunga yang instagramable yang katanya di Keputih, yang merupakan daerah tempat tinggal saya sewaktu kuliah.
Lokasi Kebun Bambu dan Taman Bunga ini berdekatan, lebih tepatnya di kawasan Terminal Keputih. Setahu saya kawasan ini dulunya kawasan sampah yang cukup kumuh, tapi sekarang disulap menjadi tempat wisata yang menyenangkan dan murah, cuma perlu bayar parkir. Karena bekas tempat pembuangan sampah, di beberapa bagian Kebun Bambu kita memang masih bisa menemukan bekas-bekas sampah. Yang penting sih pinter-pinternya kita aja cari spot foto yang instagramable. Lokasi ini juga menjadi lokasi untuk pemotretan pre wedding. Kalau weekend, lokasi ini rame banget, jadi kudu tambah pinter cari spot keren.
Berwisata tidak harus selalu ke luar kota, tidak harus selalu mahal.
Leave a Reply