Banda, Dulu Laksana Emas, Sekarang Mungkin Terlupa

Sekitar sebulan yang lalu, beberapa public figure yang aku follow di Twitter banyak yang posting poster film dengan background agak gelap, dengan tulisan “BANDA”. Banyak yang posting poster film itu dengan caption “Film ini wajib ditonton”. Penasaran donk ya.

Sekilas gambar di poster itu terlihat seperti gambar telur di film-film monster. Ada benda padat oval warna hitam, yang dikelilingi garis bilur merah di luarnya, mirip pembuluh darah. Aku sendiri sempat mengira ini film horor, apalagi ditambah ada kata “DARK” di judulnya “BANDA, The Dark Forgotten Trail”.

Banda.jpg

Tapi ternyata gambar hitam itu gambar “pala” gaes, “pala”, salah satu rempah-rempah yang dihasilkan oleh tanah Kepulauan Banda. Oh iya, bukan Banda Aceh ya. Kepulauan Banda merupakan kepulauan kecil ni terletak di kawasan Laut Banda di Maluku

Ini petanya ya

Oke, kembali ke film “BANDA” ini. Jangan berharap di film ini kalian akan melihat aktor terkenal. Film ini merupakan film dokumenter. Tidak sembarang film dokumenter, film ini mengajak Reze Rahardian dan Ario Bayu untuk menjadi narator.

Diawali dengan suara Reza Rahardian yang khas, film ini dibuka tentang sejarah penjajahan Indonesia, dan ungkapan bahwa tanpa disadari kita masih terjajah. Film ini akan banyak membuka mata kita tentang sejarah Indonesia, yang dulu tidak kita dapatkan di bangku sekolah. “BANDA”, sebuah daerah yang lebih berharga dari emas karena menjadi penghasil pala yang menjadi buruan semua pedagang di pelosok dunia. Banda yang dulu ditawarkan untuk ditukar dengan Manhattan, New York, tapi sekarang malah tidak banyak yang tahu. Di Banda ini juga, beberapa tokoh kemerdekaan pernah menjalani masa pengasingan, seperti Bung Hatta, Sutan Sjahrir dan Cipto Mangunkusumo. Di tanah yang penuh keindahan ini juga, pernah terjadi salah kejahatan genosida terbesar pertama di Indonesia, dengan terbunuhnya lebih dari 85% penduduk asli Kepulauan Banda karena ingin mempertahankan.

Film dokumenter ini disajikan dengan visualisasi yang menarik. Pelajaran tentang perjanjian yang biasanya membosankan ketika kita belajar sejarah, digambarkan dengan grafis dan narasi yang sistematis. Tone warna dibuat sephia untuk menegaskan unsur sejarahnya. Beberapa tokoh diajak menjadi narasumber dalam film ini, seperti sejarawan, tokoh Banda dan juga salah satu generasi terakhir pemilik perkebunan pala di Banda.

Seperti kepulauan di Indonesia Timur lainnya, keindahan pantai di Banda yang ditampilkan di film ini bikin pingin nyebur. Kepulauan yang menjadi rebutan ini juga dijaga oleh 12 buah benteng, yang layak untuk menjadi destinasi wisata kalau traveling ke sana. Gunung Api yang berada di Pulau Gunung Api, sepertinya juga cocok buat yang suka trekking.

Film “BANDA” recommended banget buat ditonton, kalau Kepulauan Banda sepertinya recommended banget buat jadi wishlist traveling selanjutnya.

Yuk buruan, mumpung masih ada beberapa bioskop yang memutar film ini, silakan diserbu.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s