“Yo Wis Ben”, Review Tipis Film dengan Boso Jowo Logat Ngalam

Pada tahu Bayu Skak ga sih, salah satu influencer terkenal dari Malang (bisa disebut juga dengan Ngalam) yang terkenal dengan videonya yang berbahasa Jawa. Nah, Bayu Skak ini akhirnya merambah ke dunia perfilman. Setelah muncul sebagai aktor pendukung di beberapa film seperti Hangout-nya Raditya Dika, akhirnya Youtuber yang bernama asli Bayu Eko Moektito ini mencoba peruntungan sebagai aktor utama, penulis skenario dan juga sutradara.

Sebelum lanjut detail nih official trailer dan posternya.

Film-Yowis-Ben-Bayu-Skak.jpg

Setelah trailer tersebut tayang di Youtube, kenyinyiran netizen di Indonesia pun dimulai, mulai dari tidak nasionalis lah, dan sebagainya. Sebagai bentuk klasifikasi, Bayu Skak pun mengunggah video yang berjudul “Aku Wong Jowo”, yang bercerita tentang motivasinya menulis skenario film yang 90% berbahasa Jawa ini dan perjuangannya ditolak beberapa PH sampai akhirnya film ini bisa diproduksi. Tentu saja video ini juga menggunakan Boso Jowo ala Malangan yang menggebu-gebu.

Lanjut ke filmnya, film ini mengambil lokasi di Malang Raya, terutama Kota Malang dan Kota Batu, daerah asal Bayu Skak. Kita bisa melihat beberapa tempat ngehits di Malang seperti Kampung Warna Warni Jodipan, Alun-alun Kota Malang dan juga Museum Angkut di Batu. Untuk melengkapi nuansa Malang tidak lupa ada Bakso Malang, penjual pentol/cilok dan juga pecel. Dan yang pasti Boso Jowo Walikan ala Malang. Sampai istilah-istilah Malangan seperti “mbois”, “koen”, “lambemu” bahkan sampai kata juancccuuukk yang sudah tidak terhitung berapa kali keluar. Santai Sam, kata “jancuk” itu sebenarnya kalau di mata orang Ngalam dan Suroboyo bisa bermakna ganda, tergantung konteks dan suasana hati yang ngomong. Bisa berarti umpatan atau malah tanda keakraban. Buat yang ga ngerti Boso Jowo, tenang ada subtitle kok. Tapi memang, kalau tahu Boso Jowo terkesan lebih mantep aja.

Guyonan dan percakapan khas Jowo ala Ngalaman yang mendominasi film ini yang sebenarnya menjadi daya tarik film ini. Di hari ke-2 penayangan, 3 studio XXI di Tunjungan Plaza pun dibanjiri penonton. Sempat mau lihat yang jam 19.00 di TP3 eh antrian lumayan. Akhirnya ngejar yang 19.15 di TP1, yang ternyata rame juga. Dijamin deh ngakak terus nonton film ini.

Meskipun kalau dari segi cerita tidak ada yang istimewa, tapi guyonan harian khas Malangan yang disuguhkan tanpa sensor, membuat penonton merasa ikut ada di film ini. Cerita film ini lebih tentang seorang anak tukang pecel di SMA yang sering di-bully dan ingin membuktikan bahwa dia punya sesuatu yang bisa dibanggakan. Iya anak itu adalah Bayu. Bayu pun mengajak temannya Doni (Joshua Suherman) untuk membuat band sebagai bukti bahwa mereka punya sesuatu karya. Bayu dan Doni pun mendapatkan tambahan personil yaitu Yayan (Tutus Thomson) dan Nando (Brandon Salim). Setelah perdebatan yang mbulet di depan studio musik, band tersebut diberi nama “Yo Wis Ben”. Berbeda dengan band lain, “Yo Wis Ben” ini menciptakan lagu menggunakan Boso Jowo.

Kalau ga ada cewek rasanya kurang greget ya. Susan (Cut Meyriska) yang menjadi salah satu alasan Bayu untuk pembuktian diri menjadi salah satu tambahan pemanis di film ini. Film ini juga mengajak maestro ludruk kita Cak Kartolo dan Cak Sapari, dengan obrolan dan percakapan Jowo-nya yang khas dan dijamin buat ngakak.

Bayu Skak dan Joshua yang asli Jawa Timur bisa membawakan sosok Kera Ngalam yang bener-bener cocok. Brandon Salim, si brondong ganteng, yang sepertinya bukan orang Jatim memang masih keliatan agak kagok bahasanya. Cut Meyriska yang lebih banyak menggunakan bahasa Indonesia di sini aku kurang mantep waktu ngomong “Jancuk lo”. Karena sejatinya lebih mantep bila diucapkan dengan “Jancuk koen”.

Bayu dan Joshua sudah sedemikian cocok wajah bladus-nya sebagai Kera Ngalam. Tetapi Cut Meyriska dan geng-nya riasannya terkesan terlalu tebal dan kurang Malang banget, timpang banget sama Bayu yang mbladus. Opo memang saiki arek wedok Ngalam pacakane koyo ngono? (Apa memang sekarang cewek Malang penampilannya seperti itu, red).

Yang pasti buat yang butuh hiburan dan ketawa ngakak, film ini cocok buat ditonton. Kalau ga tahan sama pisuhan saran sih ga usah nonton. Jangan kaget juga kalau keluar istilah yang terkesan jorok dan jijik seperti “tilis trencem”.(Silakan dicari artinya sendiri). Kalau kamu ga bisa Boso Jowo disarankan cari temen nonton yang bisa Boso Jowo.

Oh iya, lagu-lagu “Yo Wis Ben” yang Boso Jowo juga enak didenger dan mudah diingat. Seperti sedikit reff dari lagu “Gak Iso Turu” ini :

Saben bengi aku
Gak iso turu
Gak iso turu
Kelingan awakmu

One response to ““Yo Wis Ben”, Review Tipis Film dengan Boso Jowo Logat Ngalam”

  1. nek ngomong jancok jian cetho tenan

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s