Akhir-akhir ini dunia maya dihebohkan kejadian rusaknya kebun bunga amarilis milik salah satu warga di di daerah Gunungkidul, Yogyakarta. Kebun bunga pribadi seluas 2,3 hektar pun rusak saking penuhnya pengunjung yang sempat mencapai 1.500 pengunjung per hari sewaktu akhir pekan. Pemilik kebun mengaku ikhlas dengan kerusakan kebun bunga yang ditanamnya dari benih yang mencapai 2 ton. Pemilik kebun juga merasa perlu disalahkan dalam hal ini karena beliau belum menyediakan fasilitas jalan setapak yang memadai ataupun fasilitas lain yang membuat pengunjung menumpuk, berdesak-desakan dan sampai menginjak bunga amarilis yang sudah di tanamnya.
Di media sosial mulai bermunculan foto-foto kerusakan yang terjadi di beberapa area kebun. Tidak ketinggalan pula foto pengujung yang dengan santainya duduk dan telentang di atas bunga amarilis, yang tentu saja bisa membuat bunga tersebut rusak. Sampai saat ini pun aku masih tidak habis pikir, darimana mereka punya pikiran untuk duduk santai di atas bunga. Apa mungkin dikira karpet kali ya?
Netizen banyak yang berkomentar dengan kejadian ini. Tidak beberapa lama, meme viral tentang kejadian ini pun bermunculan. Ada meme yang membandingkan kebiasaan selfie pengunjung kebun amarilis di Gunungkidul dengan selfie wisatawan di Kebun Bunga Keukenhof Belanda yang amat berbeda. Ada juga meme yang bertuliskan “Besok lagi jangan cuma bisa bilang KURANG PIKNIK, tapi ajari juga mereka bagaimana CARA PIKNIK”. Satu meme malah menampilkan gambar kaktus dan menyindir bagaimana kalau selfie telentangnya di atas bunga kaktus saja.

Beberapa pengunjung mencoba berkilah dengan menulis status di instagramnya. Dengan status yang sebenarnya kurang pantas dibaca. Dengan membayar uang masuk Rp 5.000,- menganggap bahwa mereka bebas melakukan apapun di kebun bunga tersebut termasuk tiduran di atas bunga. Duh Dek…. Otomatis, status ini menjadi blunder bagi mereka. Meme tentang status mereka ini pun beredar luas di dunia maya. Sampai akhirnya salah satu pengunjung pun meminta maaf atas statusnya yang kurang berkenan tersebut. Mirip lah sama kejadian Florence, tapi tidak sampai ke pengadilan.
Bunga Amarilis yang Sebenarnya Bukan Bunga Langka
Ketika peristiwa ini terjadi dan gambar tentang kerusakan mulai menyebar, kebetulan aku sedang pulang kampung di Magetan, dengan kondisi yang agak tidak mudah mendapatkan sinyal internet. Jadi, sewaktu salah satu Whatsapp Group mengirimkan foto tentang gambar kebun bunga ini, aku belum berhasil mengunduhnya. Cuma keliatan aja warnanya yang oranye.
Di dalam kereta perjalanan ke Surabaya, dan berhasil men-download gambarnya, eaaaalahhh bunga ini to. Bunga ini yang pas pulang kampung itu aku sempat lihat di kebun tetangga di depan rumah Mbah Kung. Bunga yang daunnya sering aku kecil jadikan mainan pasaran, aku iris-iris kecil pura-puranya daun pandan. Yoalah Dek, aku sing ndeso, opo samean sing terlalu nggumunan sampe ketok ndesone. Aku aja ga tau kalau namanya bunga Amarilis atau bunga Lili. Ya dulu pokoknya bilang pandan-pandanan. (Maklum, bukan ahli biologi. Persentase jawaban benar untuk kategori Flora & Fauna di Duel Otak cuma 52%)
Ibuk juga sempat bilang, di kebun sebelah rumah Mbah Kung juga ada tetangga yang menanam bunga ini dalam jumlah banyak, yang kata Ibuk jadi mirip Taman Teletubbies. Tapi aku belum sempat ambil fotonya bahkan untuk upload. Selain karena takut nanti banyak yang datang dan akhirnya rusak, di rumah aku jarang banget megang handphone. Biarkan kami sendiri yang menikmati, meskipun tidak mendapatkan uang yang banyak dari pengunjung.
Bunga ini bukan tergolong bunga langka seperti Rafflesia arnoldii yang hanya ada di Bengkulu. Tumbuhan ini tergolong bunga liar, karena sewaktu kecil aku sering menemukannya di pinggir jalan sewaktu musim hujan tiba. Untuk membudidayakannya lebih banyak bisa menggunakan umbinya sebagai bibit. Umbinya ini mirip dengan bawang, beberapa orang juga menyebut bunga ini dengan nama bunga bawang. Di jalan raya daerah Nganjuk menuju Surabaya, aku sempat melihat tanaman ini di pinggir jalan.
Secara ilmiah, berikut klasifikasi taksonomi dari bunga amarilis yang ada di Yogyakarta dan yang dulu aku jadikan bahan mainan :
Kingdom : Plantae
Divisio : Angiospermae
Kelas : Monocotiledoneae
Family : Amaryllidaceae
Ordo : Asparagales
Genus : Hippeastrum
Species : Hipperastrum puniceum

Wisatawan yang Masih dalam Level 1.0
Dalam tulisanku tentang pengalaman berwisata di Gua Pindul, aku sempat menuliskan tentang Tourism Marketing 3.0 yang dipopulerkan oleh Hermawan Kartajaya dan Sapta Nirwandar yang pernah menjabat sebagai wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif pada masa pemerintahan SBY. Menurut beliau berdua, dalam pengembangan pariwisata, ada 3 tahap pariwisata sebagai berikut :
- Tourism 1.0 dengan kategori OK, di mana pada tahapan ini daya tarik wisata masih berupa produk lokal yang hanya sekedar pembeda dengan daerah atau tempat wisata lain. Pada tahap ini, pariwisata masih berada dalam tahapan Get the Tourist
- Tourism 2.0 dengan kategori AHA. Pada tahap ini, pariwisata mengutamakan adanya pengalaman untuk wisatawan. Pelaku wisata akan mengadakan aktivitas interaktif antara obyek wisata dengan wisatawan. Pada tahap ini pariwisata sudah naik tingkat ke tahap Keep the Tourist
- Tourism 3.0 dengan kategori WOW. Pada tahapan WOW, pariwisata tidak hanya dinikmati, menjadi tempat menambah pengalaman, tetapi juga sebagai tempat untuk belajar dan berdampak positif untuk ekonomi dan lingkungan sekitar. Pada tahap ini, diharapkan pariwisata sudah bisa naik ke tahap Grow the Tourist

Dalam kaitannya dengan pariwisata alam (nature tourism) seperti wisata bunga amarilis di Yogyakarta. Hermawan Kartajaya dan Sapta Nirwandar membagi pariwisata alam ke dalam 3 tahap sebagai berikut :
- Leisure Tourism, di mana pada tahap ini pengunjung atau wisatawan hanya sekedar menikmati dalam. Misalkan dengan jalan-jalan ataupun berfoto ria di lokasi wisata.
- Outdoor Tourism, pada tahap ini wisatawan sudah diajak untuk berinteraksi dengan alam. Dalam wisata bunga amarilis ini, mungkin salah satu cara yang bisa dilakukan untuk menambah interaksi dengan alam adalah mengajak wisatawan untuk menanam bunga.
- Enhancement Tourism, tahapan ini lebih mengajak wisatawan untuk melestarikan alam dan belajar dari dalam. Dalam kasus wisata bunga amarilis ini, pengembangan untuk naik ke tahap enhancement tourism bisa dilakukan dengan mengajak wisatawan untuk belajar tentang bunga amarilis, tahap pertumbuhannya dan memberikan bibit gratis kepada wisatawan untuk bisa ditanam di tempat mereka sendiri.

Lebih lanjut tentang tahapan dan contoh kasus dalam Tourism Marketing 3.0 bisa dibaca di buku Tourism 3.0 yang tersedia di toko buku terdekat, toko buku online maupun kantor cabang MarkPlus terdekat. (Lah kok malah promosi).
Kembali ke wisatawan, di dalam konsep Tourism Marketing 3.0 memang belum ada pembahasan tentang level wisatawan terutama di Indonesia. Beberapa tahun terakhir, pariwisata menjadi primadona di Indonesia. Peningkatan jumlah kelas menengah di Indonesia, membuat sebagian besar penduduk Indonesia suka berwisata, tidak pedulu duitnya pinjam ataupun utang kartu kredit. Beberapa acara televisi yang menampilkan obyek wisata pun seakan menjadi icon dalam pariwisata, sebut saja acara My Trip My Adventure. Acara televisi yang salah satu host-nya adalah Puteri Indonesia ini pun digemari banyak orang. Bahkan sekarang tidak jarang ketika kita berwisata kita akan melihat orang memakai kaos dengan tulisan My Trip My Adventure.
Dengan fenomena peningkatan minat masyarakat Indonesia untuk ngetrip, aku coba mensegmenkan level wisatawan Indonesia berdasarkan konsep Tourism Marketing 3.0 dan pengalamanku sebagai traveler ala-ala ini.
- Wisatawan level 1.0. Wisatawan pada level ini, adalah wisatawan yang berwisata hanya untuk menikmati keindahan obyek wisata saja. Yang penting bisa dapat background bagus buat selfie yang bisa diupload ke sosial media.
- Wisatawan level 2.0. Foto obyek wisata dan selfie juga perlu, tetapi buat wisatawan 2.0, mereka lebih mementingkan pengalaman dan interaksi dengan obyek wisata yang mereka dapatkan ketika berkunjung ke obyek wisata. Untuk wisata alam misalkan dengan kegiatan rafting, snorkeling, hiking ataupun kegiatan lain yang menimbulkan pengalaman berkesan. Untuk wisata budaya.
- Wisatawan level 3.0. Wisatawan level 3.0 ini lebih mementingkan kelestarian dari obyek wisata. Mereka cenderung tidak merusak bahkan menjaga obyek wisata dengan baik. Misalkan saja gerakan Sea Soldier yang digawangi oleh Nadine Chandrawinata untuk kebersihan dan kelestarian laut di Indonesia. Contoh lain adalah adanya komunitas pecinta alam yang naik gunung sambil memunguti sampah yang ditemukannya selama perjalanan.
Jadi, menurut kalian, Adek-adek unyu yang foto-foto telentang di kebun bunga amarilis ini masuk ke level wisatawan yang mana ya?
Dan, kalian sendiri termasuk level wisatawan yang mana? Wisatawan 1.0, 2.0 atau 3.0?
Leave a Reply