Liburan Natal dan Tahun Baru di penghujung tahun biasanya akan menjadi lahan basah bagi sebuah film untuk mendapatkan penonton di bioskop, begitu juga untuk film Indonesia. Akhir tahun 2016 ini, beberapa film Indonesia terbaru mulai ditayangkan di bioskop. Tapi, kali ini aku coba sekedar sharing satu film saja yang menurutku paling menarik dan berkesan.
“Cek Toko Sebelah”, film terbaru karya Ernest Prakasa, yang pernah sukses dengan film “Ngenest” di 2015. Film “Ngenest” bisa memperoleh 785.786 penonton dan berada pada peringkat 6 perolehan jumlah penonton terbanyak di tahun 2015 kemarin (Sumber : filmindonesia.or.id). Film “Ngenest”, yang merupakan debut pertama Ernest sebagai sutradara ini juga berhasil menggondol berbagai penghargaan, antara lain di Indonesia Box Office Movie Award (IBOMA), Piala Maya, Festival Film Bandung, Indonesia Movie Actor Awards (IMAA) dan juga Piala Iqbal Rais.
Berkaca keberhasilan “Ngenest”, Ernest kembali mencoba peruntungannya sebagai penulis skenario dan sutradara lewat film berjudul “Cek Toko Sebelah” (CTS). Kalau di film “Ngenest” mengambil cerita tentang liku-liku hidup Ernest sebagai kalangan minoritas Tionghoa, di film “Cek Toko Sebelah” ini Ernest mengambil tema tentang beberapa masalah yang umum terjadi di kalangan keluarga Tionghoa pada umumnya. Seperti namanya “Cek Toko Sebelah”, film ini juga mengambil banyak adegan di toko, usaha yang banyak digeluti oleh kalangan Tionghoa.
Sekilas, sebelum lanjut, ini official poster dan trailer “Cek Toko Sebelah”.

Film ini bercerita tentang seorang bapak pemilik toko kelontong bernama Koh Afuk (diperankan oleh Chew Kin Wah, salah satu pemeran film My Stupid Boss”. Koh Afuk mempunyai dua orang putra yaitu Yohan (Dion Wiyoko) dan Erwin (Ernest Prakasa). Koh Afuk berencana untuk mewariskan toko kelontongnya kepada Erwin, anak bungsunya yang punya karir yang sukses di masa muda. Yohan sebagai anak sulung kurang dipercaya untuk menangani toko tersebut, karena kondisi keuangannya bersama istrinya (Ayu, diperankan oleh Adinia Wirasti) pun masih dirasa morat-marit. Di sisi lain, Natalie (pacar Erwin yang diperankan oleh Giselle Anastasia) pun kurang setuju dengan rencana tersebut karena takut akan menganggu karir dan masa depan Erwin yang sudah gemilang.
Konflik keluarga tersebut ditampilkan dalam balutan drama yang diselingi komedi yang berkelas. Beberapa pemain komika pun ikut turun dalam film “Cek Toko Sebelah” ini. Mulai dari Dodit Mulyanto, Abdurrahman Arsyad dan banyak komika lainnya. Tidak tanggung-tanggung, Ernest pun mengajak Kaesang Pangarep (putra bungsu presiden) untuk turut serta ambil bagian dalam film ini. Meskipun sekilas muncul sebagai cameo, Kaesang pun muncul dengan membawa gelak tawa dari guyonannya yang simpel, berkelas dan pas banget. Pak Jokowi pun akhirnya menonton film ini di sela-sela liburan tahun barunya kemarin.
Drama yang diangkat pun sebenarnya masalah umum yang terjadi pada masyarakat Indonesia, terutama Tionghoa. Selain membuat tertawa berkali-kali, film ini juga sukses membuat aku mewek. Beberapa adegan dan quote pun rasanya memang sesuai dengan kehiduapan aktual sehari-hari. Misalkan, quote di bawah ini tentang pentingnya mengatur harapan/ekspektasi biar kita tidak terlalu kecewa.
Satu hal yang aku cukup sepakat, tanpa disadari ketika masih kecil, seorang adik akan mengidolakan kakaknya, senakal apapun kakaknya itu. Pasti ada beberapa hal yang membuat sang Adik ingin seperti kakaknya. Kadang sang Adik ini tidak akan mau mengakui secara langsung, tetapi secara diam-diam dia mengidolakan kakaknya dalam beberapa hal. Meskipun nanti di masa depan, tidak jarang malah adik yang lebih sukses dibandingkan kakaknya dalam hal lainnya. Begitu juga dengan Erwin dan Yohan di sini. Meskipun Erwin lebih sukses dibandingkan Yohan yang sempat DO, ternyata Erwin pun mengakui bahwa semasa kecil pernah mengidolakan Yohan.
Beberapa quote dan pelajaran tentang hubungan juga bisa kita ambil di film ini. Misalkan saja, ketika Ayu (istri Yohan) yang punya cita-cita punya toko kue sendiri, ternyata bisa ikhlas merelakan tawaran peluang untuk membuka toko kue di luar kota, karena Yohan tidak mengizinkannya. Menurut Yohan “Mewujudkan mimpi kami itu kewajibanku, bukan orang lain”, kira-kira seperti itu quote-nya.
Begitu juga ketika Ayu memberikan nasehat kepada Natalie tentang hubungannya dengan Erwin. Aku lupa detail kalimatnya, tetapi intinya kalau mencintai pasangan itu artinya kita harus bisa bahagia melihat pasangan kita bahagia. Sesederhana itu, simpel. Etapi susah sih kadang menurunkan ego. #curhatttt #eeeeaaakkk.
Film ini komplit, ga hanya sekedar film cinta ala drama Indonesia. Kekomplitan film ini pun akhirnya bisa membawa film ini menembus lebih dari 1,5 juta penonton. Pada hari ke-16 tayang, film ini sudah bisa membawa 1.785.105 penonton. Standing applause banget pokoknya, mau nonton lagi tapi belum kesampaian.
Program promosi film CTS ini juga menarik banget. Kalau film lainnya kebanyakan hanya bilang “tayang tanggal sekian”, CTS mencoba mengajak penonton masuk ke film ini dengan istilah “toko buka tanggal sekian”. Begitu juga untuk informasi perolehan peserta setiap harinya, CTS mengunggah gambar beberapa adegan/tokoh dan menuliskan “Sekian hari toko buka tembus sekian pelanggan. Terima kasih banyak, belanja lagi ya”. Tidak hanya itu, beberapa merek produk yang diplesetkan di toko kelontong pun dibuat menjadi bahan merchandise resmi CTS.
https://www.instagram.com/p/BPMSs-DBqyL/?taken-by=ctsmovie
https://www.instagram.com/p/BPMrqG-BbTZ/?taken-by=ctsmovie
Satu lagi sih, jadi punya idola baru, chemistry Yohan – Ayu juarak banget. Adinia Wirasti yang berperan menjadi Ayu bener-bener total, menjadi sosok seorang istri yang selalu mendampingi suaminya, bahkan di saat susah sekalipun. Bagaimana Ayu dengan tenangnya menghadapi Yohan yang sedang kalap, itu bener-bener relationship goal banget. Ga sabar menunggu peran Adinia Wirasti sebagai Anya di film Critical Eleven nih.
Dan lagi, soundtrack film CTS yang digarap kolaborasi antara GAC dan The Overtunes itu keren dan easy listening abis. Cek ini salah satunya.
Leave a Reply