Salah satu lokasi Kelas Inspirasi Lombok 7 – Kembali ke Sekolah kali ini adalah SDN 3 Bukit Tinggi, yang berlokasi di Kecamatan Gunungsari, Kab. Lombok Barat. Secara jarak, sekolah ini merupakan sekolah terdekat dari Kota Mataram. Perjalanan dari Kota Mataram menuju Kantor Desa Bukit Tinggi yang menjadi titik kumpul relawan sekitar 20-30 menit dengan jarak kurang lebih 15 kilometer.
Perjalanan Panjang Menuju SDN 3 Bukit Tinggi
Dari kantor desa, kami berencana melanjutkan perjalanan menuju jalan kecil arah ke Dusun Murpadang. Namun, ternyata kami sempat kelolosan, berkendara terlalu jauh ke atas sampai ke ujung jalan Desa Bukit Tinggi. Mohon maaf, sebagai penduduk lokal baru di Lombok, saya masih belum hafal jalannya. Akhirnya pun kami kembali turun mencari jalan kecil yang kami maksud.
Kami menitipkan kendaraan di halaman rumah warga dan berjalan kaki menuju Dusun Murpadang, tempat SDN 3 Bukit Tinggi berada. Perjalanan dimulai dengan turunan sempit, dengan pemandangan calon bendungan di bagian kanan. Sebenarnya jalan ini masih bisa dilewati dengan motor, tapi sepertinya riskan bagi para perempuan. Apalagi 75% relawan di rombel SDN 3 Bukit Tinggi ini adalah perempuan. Geng emak-emak. Hehehehe.
Separuh perjalanan ditandai dengan jembatan kecil dengan sungai berair bening yang terlihat segar sekali untuk tempat berendam. Hahaha. Perjalanan lanjut menanjak. Sebagian relawan mulai mengomel, tetapi takjub dengan kondisi jalan “Kok bisa ya di dekat Mataram masih ada yang kaya gini”. Belum tahu aja mereka kalau kondisi sekolah di atas jauh lebih bikin takjub.
Di pertigaan kecil di bawah sekolah, saya memutuskan berjalan paling akhir, memastikan semua relawan belok kanan melalui jalan yang lebih landai. Saya sendiri memutuskan naik lewat jalan setapak yang lebih terjal dan sampai terlebih dahulu di sekolah. Sampai di atas, ternyata ada 2 relawan yang kelolosan jauh ke atas. Karena sinyal susah, kami sempat kesulitan menghubungi mereka. Untung saja mereka akhirnya bertemu dengan para siswa yang sedang berangkat sekolah.
Total perjalanan jalan kaki kami hari itu menuju sekolah mungkin sekitar 30-40 menit. Lumayan kan olahraga pagi-pagi.
Bangunan Sekolah yang Jauh dari Kata “Layak”
Sekolah-sekolah yang menjadi lokasi Kelas Inspirasi Lombok 7 ini mempunyai beberapa kesamaan, salah satunya, jangan berharap memiliki bangunan ideal seperti sekolah-sekolah lainnya, apalagi dibandingkan sekolah di kota besar.
Sudah 3,5 tahun berlalu sejak gempa Lombok tahun 2018. Mulai saat itu juga, siswa di SDN 3 Bukit Tinggi tidak menempati bangunan yang layak untuk belajar. Bangunan asli SDN 3 Bukit Tinggi menjadi korban gempa Lombok tahun 2018 lalu. Seusai gempa, bangunan masih digunakan untuk proses belajar mengajar dengan kondisi hampir roboh. Demi keamanan, bulan Juli 2019 lalu, relawan-relawan Kelas Inspirasi Lombok yang sedang berkunjung kesana bersama-sama merobohkan bangunan tersebut.
Terus kelanjutannya gimana? Sekolah tersebut kemudian digusur karena proyek besar Bendungan Meninting. Dan sampai akhir Januari kemarin, belum ada kabar pasti kemana sekolah akan direlokasi. Saat ini proses belajar mengajar dilakukan di beberapa tempat, dengan tempat utama di bangunan non permanen di depan rumah warga. Bangunan tanpa dinding ataupun sekat.
Bahkan ketika para relawan mengajar di kelas, tidak jarang kami ditemani oleh ayam-ayam yang masuk ke lorong-lorong kursi dan bangku di ruangan yang sangat tidak layak disebut dengan “kelas”. Ruangan tanpa sekat pun membuat siswa gampang teralihkan konsentrasinya karena mendengar proses belajar mengajar di “ruangan” lain.
Anak-anak Interaktif dan Kreatif
Dengan keterbatasan yang mereka miliki, anak-anak di SDN 3 Bukit Tinggi membuat saya takjub dengan sikap mereka yang menurut saya menyenangkan. Mereka anak-anak yang aktif tetapi mudah diajak berkomunikasi dan interaktif. Kalau ada pertanyaan banyak yang angkat tangan. Kalau diminta maju, pada rebutan. Mereka sangat percaya diri dan berani.
Ketika jam istirahat, kami bahkan disuguhi olah tari-tarian oleh para siswa, satu tarian khas Lombok dan satu lagi tarian Ratoh Jaroe yang lumayan susah itu. Mereka menarikannya dengan luwes, dan menjadi suguhan yang sungguh menghibur kami para relawan yang sudah lelah karena berjalan kaki dan mengajar siswa.
Kami Pulang dengan Hasil Bumi Bukit Tinggi
Daerah Gunungsari, termasuk Bukit Tinggi dikenal sebagai daerah penghasil aren di Lombok. Sampai sekolah, kami pun disuguhi tuak manis, dari hasil pengolahan nira aren. Kami kira hanya itu saja. Sebelum pulang, saya dipangggil oleh salah satu guru. “Mbak Nes, ini ada gula merah dari anak-anak, nanti dibawa pulang ya”. Kami pun pulang membawa belasan biji gula merah gelondongan bentuk tabung hasil bumi dari Bukit Tinggi.
Terima kasih SDN 3 Bukit Tinggi, pengalaman-pengalaman ini sungguh tidak akan terlupakan. Jadi pingin jalan lagi kan.
Leave a Reply