Beberapa malam lalu, salah satu anggota komunitas Kelas Inspirasi Magetan memberi pengumuman di grup Whatsapp Kelas Inspirasi Magetan
“Hari Peduli Sampah Nasional tanggal 21 Februari 2016, lakukan aksi kecil-kecilan yuk.
Pagi kumpul di Alun-alun.Bawa kresek trus ambilin sampah.
#MagetanFreeSpam”

Setelah itu berbagai ide dan masukan menarik di grup. Dan ternyata info tentang Hari Peduli Sampah Nasional tersebut didapatkannya dari email Turun Tangan. Dan setelah saya scroll e-mail, ternyata saya dapat juga. Duh malu, keliatan ya sering mengabaikan e-mail. Keliatan ya kalau bukan relawan aktif di Turun Tangan.
Berikut isi e-mail dari Turun Tangan :
Selamat Pagi Neser Ike Cahyaningrum yang baik,
Semoga ketika nama menerima email ini, Neser Ike Cahyaningrum berada dalam kondisi yang sehat dan tetap bersemangat.
Apakah Neser Ike Cahyaningrum pernah mendengar tentang Hari Peduli Sampah Nasional? Hari itu ditetapkan untuk mengingatkan tentang peristiwa longsornya tumpukan sampah di TPA Leuwi Gajah pada tanggal 21 Februari 2005 . Tragedi tersebut mengakibatkan 157 orang terkubur dan menghilangkan 2 kampung dari peta. Kengerian yang diakibatkan oleh banyaknya sampah yang dihasilkan. Apakah Neser Ike Cahyaningrum pernah membayangkan hal tersebut sebelumnya?
Tentunya Neser Ike Cahyaningrum sepakat bahwa Sampah adalah masalah yang nyata bagi kehidupan masyarakat di Indonesia. Berdasarkan data yang dihimpun oleh Petungsewu Wildllife Education Center, Jumlah sampah yang setiap hari dihasilkan oleh masyarakat Indonesia adalah sebanyak 11.330 ton, jika diambil rata-rata maka per orang di Indonesia menghasillkan 0,050 Kg per hari. Jika jumah tersebut dikalikan satu tahun maka jumlah sampah yang diproduksi adalah sebanyak 4.078.800 ton, Banyak bukan?
Masalah utama dari sampah adalah minimnya kepedulian masyarakat terhadap sampah yang dihasilkan. TurunTangan mendorong relawan untuk bergerak ikut ambil bagian dalam menyelesaikan berbagai masalah mulai dari lingkungan terdekat. Oleh karenanya relawanTurunTangan harus juga memiliki kepedulian dalam melihat masalah sampah.
TurunTangan diajak oleh gerakan wasteforchange untuk ikut berpartisipasi dalam Hari Peduli Sampah Nasional 2016. Pekerjaan sampah adalah tanggung jawab kita bersama, tentunya Neser Ike Cahyaningrum juga sepakat dalam hal ini. Oleh karenanya Kami yakin Neser Ike Cahyaningrum akan siap untuk ikut berkolaborasi dalam Hari Peduli Sampah Nasional tanggal 21 Februari 2016.
Apa saja yang Neser Ike Cahyaningrum bisa lakukan?
- Ajak komunitas TurunTangan daerahmu untuk ikut bergerak dan berkolaborasi dengan komunitas lainnya
- Jika Neser Ike Cahyaningrum tertarik mengajak komunitas lainnya juga sangat dibolehkan
- Klik bergerak.bebassampah.id untuk mengetahui komunitas mana saja yang sudah memilih untuk bergerak
Jangan ragu untuk tetap bergerak walaupun sendirian, jika Neser Ike Cahyaningrum adalah seseorang yang tidak berkomunitas, bisa tetap ikut kolaborasi dengan datang dalam setiap kegiatan sudah ada di bergerak.bebassampah.id atau bisa juga dengan mengajak 5 orang teman untuk mendirian komunitas TurunTangan di daerahmu.
Untuk Komunitas TurunTangan yang akan ikut berkolaborasi, bisa langsung akses ke bergerak.bebassampah.org dan hubungi fasilitator masing-masing.
Jika ada pertanyaan terkait peringatan Hari Bebas Sampah Nasional 2016, bisa membalas email ini ke relawan@turuntangan.org atau kontak 085715755675
Intinya Turun Tangan mengajak kita bergerak bersama komunitas yang kita miliki (kalaupun tidak punya komunitas, bisa dilakukan sendiri) untuk ikut berkolaborasi dalam dalam kegiatan bebas sampah. Kegiatan ini merupakan gerakan dalam rangka Indonesia Bebas Sampah 2020.
Kenapa sih harus ada gerakan bebas sampah seperti ini? Kita kan sudah membuang sampah pada tempatnya. Memang, kita sudah, tetapi tidak semua orang Indonesia sadar akan pentingnya membuang sampah pada tempatnya.
Beberapa kali traveling maupun tugas luar kota, saya sering melihat sampah yang tidak dibuang pada tempatnya, merusak pemandangan dan juga keindahan.
- Sampah di area rawa sekitar rel menuju Stasiun Semarang Tawang dari arah Surabaya
Ga heran sih kalau Semarang terkenal dengan lagunya “Semarang kaline banjir”. Di area rawa yang berbatasan langsung dengan rel kereta api, masih banyak sampah menumpuk. Kondisi seperti ini pasti lebih mudah memicu banjir, bahkan banjir yang bisa membuat rel kereta terendam kalau volume sampahnya sudah tidak bisa dikendalikan

- Di Semarang lagi, sampah di salah satu sudut Lawang Sewu
Lawang Sewu, salah satu ikon pariwisata Semarang, dan juga Jawa Tengah, ternyata tidak bebas dari sampah berserakan. Padahal lokasi ini menjadi salah satu tujuan wisata, tidak hanya wisatawan nusantara maupun wisatawan mancanegara. Kotak berisi sisa makanan tergeletak begitu saja. Sedih liatnya.

- Diaper mengambang di Pantai Boom Tuban
Pantai Boom ini juga menjadi pariwisata andalan Tuban. Dengan lokasi yang cukup strategis di pinggir jalur Pantura, Pantai Boom bisa menjadi daya tarik tersendiri bagi Tuban. Tapi, ketika masuk Pantai Boom, jangan kaget dengan sampah yang menumpuk di pinggir pantai. Bahkan saya pernah menemukan diaper yang mengambang di pinggir pantai. Haksss…

- Sampah di kereta ekonomi
Kereta ekonomi terus membenahi fasilitasnya. Namun kadang penumpangnya belum mau membenahi perilakunya. Bukannya ingin underestimate, tapi kerasa sih perbedaan sampah di kereta ekonomi dengan kereta bisnis. Masalah sampah, KAI sudah menyediakan plastik kresek kecil untuk membuang sampah. Satu tempat sampah tertutup biasanya juga diletakkan di dekat pintu. Mungkin saking banyaknya sampah yang dihasilkan penumpang ekonomi yang banyak atau mungkin karena banyak yang malas menaruh sampahnya di plastik yang disediakan, kita masih melihat banyak sampah di bawah kursi. Dengan kondisi sampah yang seperti itu, otomatis petugas On Trip Cleaning (OTC) akan membersihkannya dengan cara mengambil sampah tersebut ke tengah. Dan terbayang kan gimana kalau sampah –sampah tersebut sudah ditarik ke tengah lorong kereta api yang sempit? Lorong jadi penuh sampah. Kalau saja semua mau rapi membuang sampah di kresek yang disediakan, atau kalau merasa akan banyak menyampah bisa bawa kresek sendiri, pasti petugas OTC tinggal minta aja sampah yang udah masuk kresek itu untuk dimasukkan ke kantong sampah yang lebih besar. Tapi, ya semuanya kebanyakan ga peduli dengan sampah tersebut.

Cerita saya tentang sampah sebenarnya tidak hanya di empat lokasi tersebut. Saya pernah ngomel-ngomel di salah satu acara Kelas Inspirasi Magetan, karena selesai acara banyak relawan yang memilih foto-foto yang membiarkan sampahnya tergeletak padahal sudah disiapkan kresek ukuran besar sebagai tempat sampah untuk masing-masing kelompok. Mungkin setelah itu aja ada yang banyak menganggap saya terlalu serius, kurang menyenangkan bahkan benci dengan selfie gara-gara kejadian ini. Bukannya seperti itu sih, tapi sampah ini masalah penting, terutama buat yang berjiwa emak-emak seperti saya.
Satu kejadian juga di Kelas Inspirasi Lamongan beberapa waktu lalu. Ketika bel masuk kelas setelah istirahat, siswa berhamburan masuk kelas. Ada salah satu siswa melemparkan sampah plastik, niatnya sih ke tempat sampah, karena sambil lari jadinya meleset, dan dia juga sadar kalau itu meleset. Saya kemudian meminta dia untuk kembali memungut sampahnya dan memasukkannya ke tempat sampah yang sudah disediakan.
Sebenarnya masing-masing dari kita bisa memulai dari diri sendiri dulu. Misalkan jika tempat sampah terlalu jauh, bisa dimasukkan terlebih dahulu ke dalam saku. Kalau sampahnya basah, misalkan plastik bekas pentol dengan sisa saosnya, bisa dipegang dulu sampai menemukan tempat sampah atau dengan selalu menyiapkan kresek kecil di tas. Di tas saya selalu tersedia kresek dengan ukuran yang sedang. Selain untuk buang sampah, kresek itu kadang saya gunakan untuk melindungi barang-barang di tas ketika hujan.
Dengan memulai dari kita sendiri, setidaknya kita bisa memberi contoh orang lain atau setidaknya menggugah atau mungkin bahasa kasarnya menyindir orang lain untuk membuang sampah pada tempatnya. Kalau mungkin generasi sepantaran kita memang sudah tidak bisa diatur lagi dalam membuang sampah, mungkin kita bisa memulainya dengan memberi contoh kepada anak-anak yang akan menjadi generasi penerus kita. Mungkin kita tidak bisa merubah generasi sekarang, tari kita bisa membangun generasi masa depan untuk bisa lebih peduli kepada sampah dan lingkungannya. Mari ajak anak-anak kecil di sekitar kita, anak kita sendiri (kalau yang udah punya, adek kita, sepupu kita, untuk mulai sadar pentingnya membuang sampah pada tempatnya.
Selamat Hari Peduli Sampah Nasional, 21 Februari 2016.
Leave a Reply