Harus Ya Jaga Berat Badan?

 

Kalau ada pertanyaan “Harus ya jaga berat badan?”, aku akan jawab “HARUS!”.

Mungkin beberapa dari kita masih ingat dengan komentar Iko Uwais ketika ada orang yang komentar tentang badan Audy yang lebih berisi setelah melahirkan. Atau pernah aku melihat status teman di media sosial yang merayu pasangannya “Aku ga suka kamu terlalu kurus dan mikir diet. Aku suka kamu apa adanya, gendut biarin, yang penting sehat”. Preketek.

6-penyebab-kenapa-berat-badan-menurun-secara-drastis.jpg

Gendut = Sehat?

Apakah gendut itu selalu berarti sehat? Belum tentu juga sih ya. Dalam ilmu kesehatan, ada salah satu indeks yang biasa digunakan untuk mengukur idealnya berat badan kita. Indeks ini dikenal dengan nama Indeks Massa Tubuh (IMT) atau bahasa internasionalnya Body Mass Index (BMI). BMI ini dihitung dengan menggunakan tinggi dan berat badan seseorang. BMI dihitung dengan membagi berat badan (kg) dengan kuadrat tinggi badan (m2­). Oh iya, BMI ini kurang relevan kalau digunakan untuk ibu hamil ataupun menyusui.

Nah, dari BMI ini kita bisa tahu apakah kita masuk dalam kategori normal, overweight atau obesitas. Sesuai dengan kategori dari WHO :

BMI ≥ 25 dikatakan overweight

 BMI ≥ 30 sudah masuk kategori obesitas.

Nah, kalian masuk mana? Silakan dihitung sendiri. Di era serba aplikasi kaya gini, di PlayStore ataupun App Store tinggal ketik “BMI” aja udah muncul bejibun aplikasi BMT. Tinggal pilih mana yang kira-kira sesuai storage yang tersedia smartphone, yang bintang dan review-nya paling bagus atau yang kira-kira paling mudah digunakan. Biasanya tinggal masukin berat badan, tinggi badan, usia dan jenis kelamin. Keluar deh berapa BMI kita.

Dari info WHO, hampir sebagian besar penduduk dunia tinggal di negara yang kasus overweight overweight dan obesitasnya membunuh lebih banyak orang dibandingkan kasus underweight. Jadi, tidak hanya kelaparan saja yang bisa mematikan, obesitas pun juga mematikan.

Kenaikan BMI dan obesitas ini bisa menjadi faktor resiko berbagai penyakit, seperti penyakit kardiovaskular (termasuk jantung dan stroke), diabetes, kanker dan  gangguan pada sistem pergerakan tubuh (otot, kerangka, sendi dll).

Detail sumber terkait BMI dan obesitas ini bisa dilihat di info WHO di sini ya.

Overweight dan Obesitas versi WHO

Takut kan? Padahal obesitas itu bisa dicegah lho. Bagaimana caranya? Makan sehat dengan gaya hidup yang sehat pula. (Sok banget ya ngomongnya, kita lihat bagaimana aplikasinya)

 

Neser Diet?

Sampai lulus SD, aku masih kurus dan lincah banget. Masuk ke SMP, uda mulai menstruasi. Kalau orang Jawa bilangnya mbedah. Mulai agak gendut. Masuk SMA masih agak gendut. Tapi akhirnya berhasil menurunkan berat badan sekitar 7 kg. Sampai kata Ibuk, aku kaya orang hepatitis, kurus banget. Caranya gimana? Itu tanpa program sih, mungkin karena memang jarang makan. Maklum anak kos cari makan sendiri. Makan cuma pagi dan siang aja.

Masuk kuliah, masih dalam taraf imut-imut ya. Empat tahun kuliah, cukup buat badan mengembang. Maklum, makan ga teratur, mie instan, penyetan, nongkrong malem dan lain-lain. Awal masuk kerja, 3 bulan pertama turun sekitar 3-4 kg. Stress woi kerjanya. Pindah kantor ke Surabaya, setahun pertama fix naik lagi. Lebih ayem katanya. Sampai akhirnya sudah di atas 60 kg.

Sedih banget. Berbagai cara diet mulai dilakukan, pernah coba WRP dan juga suplemen kesehatan namanya Herbalife. Sebenarnya dua cara diet ini sama-sama pakai prinsip mengatur pola makan dan kalori yang masuk ke dalam tubuh. Prinsipnya sih, setiap orang punya kebutuhan kalori yang berbeda-beda sesuai dengan BMI, umur dan jenis aktivitas yang dilakukan. Dalam sehari kita ga boleh makan sampai melebihi batas kalorinya? Kenapa? Karena sisa kalori yang masuk tanpa dibakar akan diproses menjadi lemak. Iya lemak, bayangin lemak. Ya kalau mau tetep banyak makannya, kalorinya dibakar pakai aktivitas yang menghabiskan banyak kalori, seperti olahraga.

Setelah beberapa bulan proses diet tersebut, akhirnya turun sekitar 7 kg. Ini kira-kira BMIku sekitar 22-23, masih normal, dari yang sebelumnya mepet ke overweight. Biasanya dalam proses diet ini, berat badan akan turun cukup signifikan di minggu atau bulan pertama. Setelah mendekati berat badan ideal biasanya turunnya akan perlahan-lahan. Itu berdasarkan pengalaman aja sih, belum ada risetnya :p. Oh iya kalau aku waktu itu olahraganya sih yang ringan aja, jalan kaki kantor – kosan PP setiap hari. Terus kalau traveling lebih banyak jalannya sih, biar keringetan.

Oh iya selama proses diet itu, selain jaga pola makan, aku rutin menimbang badan seminggu sekali. Biasanya di Kamis pagi, dengan kondisi bangun tidur, belum makan dan minum serta setelah buang air besar. Malah disarankan juga pas timbangan tanpa pakaian. Kalau mau tahu aturan timbang badan yang benar bisa di baca di sini nih.

4 Aturan Menimbang Berat Badan

Setelah berat badan mulai stagnan, diet suplemen tersebut mulai deh berkurang penerapannya. Pagi tetep sarapan, pakai oatmeal seringnya dicampur abon, siang udah jarang makan nasi dan malamnya usahakan buah. Kadang masih sering cheating sih, apalagi kalau pas di luar kota. Abis itu naik satu strip trus menyesal. Tapi kan makanan uda terlanjur masuk perut jadi kalori. Kebiasaan diet itu akhirnya membuatku agak pilih-pilih makanan. Jarang makan nasi, apalagi nasi goreng. Kalau minum teh atau kopi, jarang pakai gula. Makan penyetan udah jarang. Makan daging-dagingan juga jarang pula, kecuali bakso sih. Kebiasaan diet itu pula yang membuat volume perut dalam menerima sesuatu jadi berkurang. Misal contohnya, aku jarang makan nasi, makan pun porsi separuh. Pas makan di nasi padang, dikasih nasi separuh pun selesai makan perut langsung terasa penuh dan begah.

Kenapa ga diet mayo, OCD maupun diet ekstrim lainnya? Buat aku diet itu kebiasaan sih, tidak hanya menurunkan berat badan, tapi juga menjaga asupan makanan. Bukan berarti tiba-tiba makan sedikit ekstrim banget, trus kalau udah selesai diet boleh makan banyak lagi. Oh iya, biar lebih berkah, dietnya sekalian pakai puasa sunah Senin Kamis.
Diet pun Bisa Kena Kolesterol Tinggi

Beberapa waktu lalu, ketika pekerjaan lagi penuh-penuhnya, lagi banyak kerja di depan komputer, aku merasakan nyeri di tengkuk. Kata Masnya, mungkin itu kolesterol. Akunya ngeyel donk, kan makan uda jaga banget, masa kena kolesterol? Akhirnya pas kebetulan ada promo di Groupon untuk standard check up di laboratorium klinik dekat kantor, cuma Rp 99.000. Mumpung murah coba aja deh.

Dan hasilnya sbb :

Kolesterol Total                                : 207 mg/dl

Trigliserid                             : 83 mg/dl

HDL                                        : 52 mg/dl

LDL                                         : 138.4 mg/dl

Kolesterolku di atas ambang normal yaitu kurang dari 200 mg/dl. Ini salah satunya disebabkan oleh LDL yang nilainya 138.4 mg/dl padahal normalnya kurang dari 100 mg/dl. LDL ini adalah kolesterol jahat, yang mengandung lebih banyak lemak. Kalau kata temenku sih, yang penting trigliseridnya normal sih tidak terlalu menakutkan. Tapi kan ya tetep horor dengar kata kolesterol tinggi. Untuk indikator standar yang lain seperti SGOT, SGPT, asam urat, gula darah, alhamdulillah normal.

Akhirnya, selama satu bulan aku coba mengurangi makan berminyak, daging-dagingan untuk mengurangi LDL dan juga banyak minum yoghurt untuk meningkatkan HDLnya. Dengan promo yang masih sama, aku coba check up lagi dan hasilnya :

Kolesterol Total                                : 154 mg/dl

Trigliserid                             : 54 mg/dl

HDL                                        : 61 mg/dl

LDL                                         : 82.2 mg/dl

Yes, alhamdulillah turun.

Kayaknya harus mulai rutin check up nih, minimal yang standar dulu lah. Buat cek kesehatan dan lebih cepat tahu kalau ada penyakit, sehingga bisa segera ditangani. Kayaknya sih abis ini rutin 6 bulan sekali lah ya.

Oh iya, promo di klinik dekat kantor ini kayaknya masih berlaku sampai Februari 2017. Bisa lah dicek di sini promonya.

Promo Groupon – Check Up

Ssssstttt, ini bukan iklan ya, hanya sekedar sharing info bermanfaat ya. Maklum kan modis, modal diskon.

Jadi, sekali lagi gendut bukan hanya masalah penampilan sih, tetapi juga tentang kesehatan. Masih kurang satu lagi nih PRku, olahraga teratur. Bismillah, semoga ga wacana. Aamiin…

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s