Ziarah, Film Sederhana tentang Pencarian dan Mengikhlaskan

 

Kalau mendengar judulnya, pasti kepikirannya sama film horor ecek esek, dengan hantu yang ga keren. Tapi ternyata salah banget. Film ini juga bukan film mewah dengan berbagai aktor dan aktris terkenal. Film yang disutradarai oleh BW Purbanegara ini dibintangi oleh Mbah Ponco Sutiyem, orang biasa tanpa latar belakang akting yang berasal dari daerah Gunungkidul, Yogyakarta.

Liat dulu poster dan trailernya ya.

ZIARAH-2017-pf-1.jpg

Film ini menceritakan tentang Mbah Sri (diperankan oleh Mbah Ponco) yang mencari makam suaminya yang pamit mengikuti perang Agresi Militer Belanda II. Meskipun tinggal bersama cucu laki-lakinya, Mbah Sri nekad berangkat sendiri mencari makam suaminya tersebut. Sang cucu pun akhirnya ikut dalam pencarian, mencari Mbah Sri sekaligus mencari makam kakeknya. Dalam perjalanan mereka berdua, kematian suami Mbah Sri sebagai pejuang masih simpang siur.

Tidak hanya konflik tentang pencarian oleh Mbah Sri, film ini juga mengambil konflik hubungan sang cucu dan calon istrinya yang akan menikah. Di sisi lain, sang cucu harus mencari Mbah Sri, di sisi lain dia harus memikirkan istrinya yang buru-buru minta dinikahi. Selain menyelipkan cerita tentang Agresi Militer Belanda II, film ini juga menyelipkan sedikit cerita tentang peristiwa 1965 dan pembangunan waduk di Jawa Tengah yang menenggelamkan beberapa desa.

Aktor dan aktris yang bermain di film ini bukanlah aktor dan aktris yang populer. Pemain dan kru dalam film ini sebagian besar merupakan penduduk lokal Yogyakarta. Bahkan beberapa cameo dalam film ini sutradara-sutradara kece, seperti Hanung Bramantyo, Ismail Basbeth dan sutradara film ini sendiri, BW Purbanegara. Meskipun tidak bertabur bintang, film ini sukses meraih beberapa penghargaan internasional, seperti Best Screenplay dan Special Jury Award (untuk Mbah Ponco Sutiyem) pada ASEAN International Film Festival and Awards.

Lebih lengkapnya penghargaannya ini :

Pemenang

  • Film Terbaik Pilihan Juri – ASEAN International Film Festival and Awards (AIFFA) 2017
  • Skenario Terbaik – ASEAN International Film Festival and Awards (AIFFA) 2017
  • Film Terbaik – Salamindanaw Film Festival 2016 di Filipina
  • Skenario Terbaik versi Majalah Tempo 2016

Nominasi

  • Nominasi Penulis Skenario – Festival Film Indonesia 2016
  • Nominasi Aktris Terbaik – ASEAN International Film Festival and Awards (AIFFA) 2017
  • Nominasi Sutradara Terbaik – ASEAN International Film Festival and Awards (AIFFA) 2017
  • Nominasi Film Terbaik – ASEAN International Film Festival and Awards (AIFFA) 2017
  • Nominasi Film Terbaik – Apresiasi Film Indonesia 2016
  • Kompetisi Film – Jogja Netpac Asian Film Festival 2016

Keren kan film ini. Kutipannya juga keren, seperti “Nek awake dewe kakehen ngrungokne suarane wong liyo. Awake dewe ora iso ngrungokne suarane awake dewe” yang artinya “Kalau kita terlalu banyak mendengarkan suara orang lain. Kita tidak akan bisa mendengarkan suara kita sendiri”.

Seperti kutipan tadi, film ini memang 100% pake bahasa Jawa, jadi lebih ngena. Tapi tenang buat yang ga ngerti bahasa Jawa, ada terjemahannya kok. Yang bikin tambah seneng film ini, selain bahasanya yang Jawa, lokasinya pun serasa familiar. Di pedesaan yang cenderung tandus, mirip sama daerah rumahku di Magetan. Selain itu, film ini juga bikin kangen banget sama Mbah-mbah di rumah.

Penikmat film berkualitas, film ini cocok banget buat kalian. Ending-nya ga ketebak dan bikin trenyuh sampe nangis.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s