Toraja, Belajar tentang Keindahan, Syukur dan Kematian bersama Secangkir Kopi

Penutup rangkaian blakrakan di tahun 2017 ini jatuh kepada Toraja, sebuah daerah wisata di Sulawesi Selatan. Kenapa Toraja? Sebenarnya ada dua alasan yang agak-agak aneh sih. Yang pertama, tahun 2017 ini kan kebetulan ada kerjaan di Makassar sehingga sering ke sana. Nah, di Makassar banyak spanduk promosi tentang Toraja. Salah satunya spanduk/banner bergambar Bapak Gubernur Sulawesi Selatan, Syahrul Yasin Limpo  dengan caption “Jangan Mati Sebelum ke Toraja”. Dasar Neser anaknya gampang terprovokasi, jadinya kepingin kan kesana. Di kerjaan ini pula kebetulan ada tim lapangan yang turun keToraja, jadi tambah pingin kan. Yang kedua karena nonton film Filosofi Kopi 2, yang ada adegan Tara dan Jody ke Makassar terus langsung lanjut ke Toraja dan berada di sebuah bukit yang serasa di atas awan.

Eh ada lagi sih, karena konon katanya Kopi Toraja itu enak. Nih contohnya 🙂

DSC_4662.JPG

Kalau bicara tentang Toraja sendiri, sebenarnya ada dua kabupaten di Sulawesi Selatan yang pakai nama “Toraja”. Kabupaten yang pertama adalah Kabupaten Toraja Utara, dengan ibukota Rantepao. Nama “Rantepao” sendiri pertama kali aku tahu kalau itu adalah ibukota Toraja Utara karena kerjaan kantor juga. Sungguh kerjaan kantor yang amat sangat bermanfaat ya. Nah, kabupaten kedua adalah Kabupaten Tana Toraja dengan ibukota Makale. Kalau dari Makassar, rutenya adalah Tana Toraja dulu baru Toraja Utara. Dari kedua kabupaten tersebut, yang paling banyak obyek wisatanya adalah Kabupaten Toraja Utara.

Bagaimana Menuju Toraja?

Dari Makassar, perjalanan ke Toraja, terutama Toraja Utara/Rantepao berkisar kurang lebih 8 jam dengan jalan darat. Mau sewa motor/mobil disetiri sendiri silakan, asal siap nyetir kurang lebih 300 km. Kalau yang mau santai, bisa carter mobil atau pakai kendaraan umum. Banyak banget bus dengan rute Makassar – Toraja, bahkan pilihan busnya keren-keren. Beberapa PO yang bisa jadi pilihan antara lain Borlindo, Alam Indah, Primadona, Putra Jaya, Kharisma dan masih banyak lagi. Harga tiket bervariasi sesuai jenis kelasnya, mau yang non AC atau AC, ada juga yang VIP. Harga mungkin berkisar antara 150-350an tergantung kelasnya. Yang pasti dengan harga segitu, disediakan selimut dan reclining seat buat penumpang.

Karena perjalanan jauh, berbeda dengan trayek Surabaya – Ponorogo yang tinggal datang ke terminal dan nunggu bus datang, perjalanan antar kota di Sulawesi Selatan ini butuh pemesanan tiket sebelumnya. Tiket bisa dipesan di kantor perwakilan masing-masing PO atau di loketnya yang ada di Terminal Regional Daya. Beberapa  PO sudah pakai pemesanan online seperti Borlindo (borlindo.com) atau Alam Indah. Kalau Alam Indah di sini kemarin aku pesen online di bosbis.com. Jangan berekspektasi mirip kaya pesen tiket kereta atau pesawat yang lebih tertata ya. Kebetulan sesuai tiket infonya kumpul di loket perwakilan Alam Indah di Terminal Daya jam 20.00. Nah sebelum 20.00 sampai sana dan ternyata loketnya masih tutup. Sedikit terlantarlah aku di keramaian yang asing di kota orang, apalagi pas itu Terminal Daya yang terkenal kurang aman lagi ramai banget karena liburan Natal. Infonya sih, kalau takut ke Terminal Daya, penumpang bisa nunggu di jalan poros sekitaran Bandara.

Karena ramenya traffic perjalanan keluar kota Makassar, bus pun berangkat hampir mendekati jam 22.00. Lumayan ya delay hampir 2 jam busnya. Sekitar jam 08.00 pagi baru sampai ke Rantepao. Sepanjang perjalanan diisi dengan : TIDUR! Begitu juga perjalanan baliknya, dari Rantepao pukul 20.00, sampai Makassar sekitar pukul 05.00an. Kebetulan dapat bis yang fasilitasnya eksekutif punya PO Putra Jaya, dengan ruang yang lebih lega dibandingkan bus sebelumnya.

Keindahan Alam Toraja yang Mengingatkan untuk Selalu Bersyukur

Toraja, terletak di kawasan perbukiran, di bagian tengah Pulau Sulawesi. Letaknya di kawasan perbukitan ini membuat Toraja memiliki banyak tempat dengan pemandangan yang indah dan menyejukkan mata. Coba aku bahas beberapa deh.

  1. Tinimbayo

Tinimbayo ini merupakan sebuah kawasan yang biasa digunakan untuk melihat pemandangan kawasan Tana Toraja dari ketinggian. Di kawasan ini berjajar sekitar 3-4 coffee shop di pinggir jalan yang menawarkan view yang menyenangkan mata banget. Kita bisa melihat deretan gunung dan perkampungan yang berisi rumah tongkonan di sini.  Duduk berlama di sini bikin betah dan ga pingin balik, pingin liburan terus, pingin tinggal di desa dekat persawahan. Tapi di sini juga bisa jadi tempat buat sekedar menenangkan diri, sambil merenung dan bersyukur dengan semua yang bisa dicapai sampai hari ini.

DSC_4576.JPG
Tinimbayo

Pemandangan yang didapatkan memang kece badai, tapi harga makanannya juga kece badai. Semangkok mie instan rebus dan kopi toraja panas dikenai harga Rp 30.000. Baiklah.

  1. Negeri di Atas Awan

Dari beberapa kecamatan yang ada di Toraja Utara, ada salah satu kecamatan yang “menjual” keindahan Negeri di Atas Awan, tepatnya di Kecamatan Kapalapitu. Daerah ini juga sempat menjadi lokasi pengambilan gambar film Filosofi Kopi 2. Kecamatan yang berada di daerah pegunungan ini punya berapa obyek wisata yang menawarkan keindahan bagai di atas awan. Antara lain di Lolai dan To Tombi.

Untuk menikmati awan di Lolai ataupun To Tombi diharapakan berangkat Subuh dari Rantepao. Perjalanan menembus dingin dan kabut awan ini kurang lebih membutuhkan waktu 30-45 menit dari Rantepao. Meskipun di gunung, perjalanan bisa mudah dilakukan dengan kendaraan baik sepeda motor atau mobil. Jalan menuju kawasan ini sudah mulus dan cukup lebar.

Lokasi To Tombi sendiri berada sebelum Lolai, yang juga dikenal dengan Tongkonan Lempe-nya. Sebelum sampai menuju To Tombi dan Lolai sebenarnya kita juga sudah disuguhkan dengan keindahan awan yang menutupi daerah Rantepao. Tapi tidak di sembarangan tempat bisa kita gunakan untuk berhenti dan mengambil gambar karena jalur yang cukup berbelok-belok.

DSC_4614.JPG
Di Atas Lautan Awan

Pemandangan awan dari Lolai ternyata tidak bisa didapatkan setiap hari. Ada beberapa orang yang bercerita bahwa dia 3 kali ke Lolai baru bisa pemandangan berasa di atas awan. Aku beruntung pas ke sana bisa merasa di atas awan beneran. Berbeda dengan beberapa obyek wisata lain, seperti di Penanjakan Bromo, awan di Lolai ini cukup awet sampai jam 09.00 WITA lho, apalagi pas cuaca cerah, rasanya ga berhenti bersyukur melihat keindahannya. Tidak semuanya bisa tertangkap lensa kamera dengan bagus karena ada efek backlight dari cahaya matahari, tapi semuanya pasti bisa tertangkap oleh lensa mata kita yang diciptakan oleh Allah SWT lebih canggih dari lensa kamera. Beneran deh, kaya di Tinimbayo, aku ga banyak ambil gambar selfie, tapi lebih suka menikmati pemandangannya.

Toraja dengan Keunikan Budaya dan Kepercayaannya

Selain alam, budayadan wisata religi adalah keunikan yang ditawarkan oleh Toraja. Kalau pada inget pas zaman SD belajar tentang rumah adat, terutama tongkonan, di Toraja-lah kita bisa melihatnya. Di sepanjang perjalanan kita akan banyak bertemu dengan rumah tongkonan di depan rumah warga. Selain rumah tongkonan, Toraja juga dikenal dengan sistem pemakamannya yang berbeda dengan yang lain. Yuk coba kita bahas dikit aja

  1. Tongkonan Pallawa

Kawasan kampung Pallawa ini menyuguhkan pemandangan tongkonan yang sudah kuno, dengan atap dari bambu dan rumbia yang sudah berlumut. Berbeda dengan tongkonan sekarang yang sudah beratap dari seng dangan ornamen kayu yang dibuat berkelok-kelok di bagian bawah atap, biar terkesan seperti dari bambu juga.

Di Pallawa ini cukup sepi, tidak banyak pengunjung, jadi lebih bisa tenang ambil fotonya. Sayangnya pas aku di sana tidak ada guide yang bisa menjelaskan dengan detail tentang ini.

DSC_4580.JPG
Tongkonan Kuno di Pallawa
  1. Kete’ Kesu

Di Kete’ Kesu terdapat rumah tongkonan dan pemakaman ala Toraja. Mungkin semua sudah pada tahu kalau bagi sebagian marga di Toraja, orang yang sudah meninggal tidak dikubur tetapi peti beserta orang matinya diletakkan di dalam gua/batu. Peletakan peti mati di gua/batu ini pun harus melewati upacara khusus dengan menyembelih beberapa ekor kerbau. Sebelum upacara ini, mayat orang yang meninggal tetap diletakkan di rumah dan dianggap sebagai orang sakit yang masih harus diurus.

Di Kete’ Kesu sendiri, cukup lebih ramai dibandingkan Pallawa, jadi kurang asik buat ambil foto. Yang jualan pun jauh lebih banyak, terutama di perjalanan dari tongkonan menuju pemakaman. Di kawasan pemakaman sendiri kita bisa melihat berbagai tengkorak dan peti mati milik orang Toraja. Sebagian peti mati bahkan peti mati kuno dengan ornamen kepala babi atau kerbau. Jenis ornamen ini menunjukkan derajat yang orang yang meninggal di dalam peti tersebut.

DSC_4639.JPG
Peti Mati Kuno di Kete’ Kesu

Yang asik, di Kete’ Kesu ada tempat ngopi dan musholanya! Yaps, mushola adalah salah satu hal langka di sini, jadi bersyukur banget nemu mushola 🙂

  1. Londa

Kalau Pallawa isinya tongkonan, Kete’ Kesu isinya tongkonan dan pemakaman, di Londa ini isinya pemakaman saja, dalam bentuk gua. Untuk masuk ke goa, akan ada pemandu yang menyewakan lampu petromaks, dengan tarif sewa kurang lebih Rp 50.000.

Di depan goa ada pemandangan patung-patung, patung ini merupakan replika dari orang yang meninggal di dalam goa tersebut. Lagi-lagi biar bisa dipatungin, harus ada upacara khusus dulu, yang tentunya membutuhkan kerbau yang tidak sedikit juga.

DSC_4624.JPG
Replika Penduduk yang Dimakamkan di Londa

Di kawasan Londa ini sendiri sebenarnya ada 3 jenis makam berdasarkan derajatnya. Yang paling bawah merupakan golongan terendah, dengan peti biasa dan keranda yang biasa tanpa ukiran. Di bagian tengah adalah golongan menengah, dan bagian atas adalah golongan atas. Untuk pemakaman golongan atas yang berada di bagian paling atas, pemakaman dilakukan dengan memasukkan peti ke gua dari dalam atas. Kenapa golongan atas diletakkan paling atas? Salah satunya untuk menghindari pencurian harta benda milik orang yang sudah meninggal yang ikut dimasukkan ke dalam peti mati. Golongan bawah berada di bagian bawah karena dianggap harta bendanya yang dibawa mati sedikit, jadi terlalu was-was akan dicuri.

Wisatawan pun hanya melihat gua yang berisi peti mati dan kerangka dari golongan bawah. Di Londa ini terdapat 2 lubang goa yang bisa dimasuki untuk melihat peti-peti di dalam goa. Takut masuknya? Ah ga usah cemen gitu, beraniin aja. Tapi kata temenku yang bisa merasakan “sesuatu” emang agak gimana gitu di sana. Yang penting tetep sopan dan jangan aneh-aneh aja ya.

  1. Museum Ne Gandeng

Museum Ne Gandeng sendiri adalah sebuah museum milik yayasan pribadi untuk mengingatkan kepada salah satu leluhur Toraja bernama Ne Gandeng. Di museum ini terdapat jajaran rumah tongkonan dan peralatan Rambu Solo yang digunakan untuk pemakaman ala Toraja.

Sayangnya, museum ini masih kurang tertata rapi dan kurang ada guide, mungkin karena yayasan pribadi ya.

Selain beberapa wisata budaya dan religi tersebut, sebenarnya ada wisata religi yang menjadi salah satu ikon Toraja, yaitu Patung Yesus di Makale. Bukan karena aku sok Islami atau apa, tapi karena aku merasa kurang nyaman kalau ke sana, jadinya aku tidak memasukkan lokasi tersebut ke daftar perjalananku ke Toraja 🙂

Kopi Toraja yang Uuuueeeenakkk

Ke Toraja kalau ga ngopi pasti nyesel deh. Di salah satu daerah surga kopi ini wajib banget ngopi. Karena kemarin datang pas liburan Natal, banyak kedai kopi yang tutup. Tapi lumayan lah bisa nyobain kopi di 2 coffee shop.

  1. Lave Coffee

Karena banyak coffee shop hasil aku browsing yang tutup, akhirnya muter-muterlah di sekitaran Lapangan Bakti Rantepao. Nemu satu café kok ada logo birnya di depan plus rame banget pula, karena ga nyaman dengan itu, coba muter lagi. Dan sampailah ke café kecil di sekitar Lapangan Bakti dengan nama Lave Coffee.

Meskipun kecil, tapi café ini asik banget. Terdiri dari 2 lantai dan ga terlalu rame. Interiornya juga kece, sedikit retro dengan beberapa hiasan barang-barang kuno di sudutnya.

IMG_20171224_202726_158.jpg
Kopi Toraja di V60 – Lave Coffee

Menu kopi-nya pun macem-macem, dan tinggal pilih mau biji kopi yang mana. Di sini sepertiya ada menu birnya juga, tapi tidak serame café yang sebelumnya tadi. Lebih recommended di sini lah kalau mau bener-bener menikmati kopi.

  1. Alangta Souvenir Shop & Café

Kalau coffee shop ini letaknya di kawasan Kete Kesu, dari pintu masuk  tepat sebelum masuk ke area tongkonan. Sebenarnya ini adalah toko souvenir, tapi juga jualan kopi. Tempat ini cocok banget buat ngopi sambil ngeliatin tongkonan. Dan satu lagi, kopinya juga juara. Aku milih kopi arabica pakai Vietnam Drip plus susu. Dan, serius enak banget. Di sekitar tongkonan sebenarnya ada tempat ngopi juga, tapi di Alangta ini cenderung lebih sepi dan view-nya lebih dapet.

DSC_4649.JPG
Ini nih Alangta, Tempat Ngopi Kece di Kete’ Kesu

Tips Muslim Traveler ke Toraja

Hahaha, ini sekedar tips aja sih, karena kebetulan baru pertama kali datang ke daerah yang mayoritas non muslim. Bukan SARA ya, tapi memang ada yang tetap perlu diperhatikan biar tetap bisa jalan-jalan tapi bisa ibadah dengan tenang dan tidak melanggar apa yang disyariatkan agama 🙂

  1. Meskipun banyak non muslimnya, tapi masih ada masjid yang bisa kita temukan kok, terutama di Rantepao, lebih tepatnya di dekat pasar di kawasan Jl. Mappanyuki. Salah satu wisata yang ada musholanya di kawasan Kete’ Kesu.
  2. Jangan lupa bawa peralatan sholat sendiri dan kalau perlu kompas atau aplikasi penunjuk arah kiblat. Kan di penginapan belum tentu ada petunjuk kiblatnya.
  3. Kalau ke Lolai, meskipun disarankan pagi-pagi banget, kalau nginepnya di Rantepao, lebih baik sholat Shubuh dulu di penginapan baru berangkat ke Lolai. Tenang keburu kok, Gusti Allah sudah memperhitungkan semuanya 🙂
  4. Masalah makanan, tenang ada warung-warung yang menjual makanan halal kok di snaa. Terutama di Rantepao. Kebanyakan penjualnya adalah orang Jawa, salah satunya adalah Warung Soponyono. Keliatan kan kalau orang Jawa,lha wong yang jualan juga bisa ngomong fasih bahasa Jawa. Ada juga beberapa warung makan yang menjual sop saudara atau sop konro. Kalau di lokasi wisata, amannya makan pop mie deh.
  5. Di sana banyak anjing, agak jaga jarak aja. Bukan karena jijik atau apa, ingat najis mugholadoh ya.

Udah kayaknya udah panjang banget. Alhamdulillah kesampaian di Toraja. Next post kayaknya ngomongin keindahan di dekatku yang aku lupakan. Di mana? Tunggu aja tulisannya selanjutnya ya 🙂

 

Advertisement

One response to “Toraja, Belajar tentang Keindahan, Syukur dan Kematian bersama Secangkir Kopi”

  1. mantapp… mampir di todi yah klo ke toraja lagi,heheee
    beli oleh-oleh gitu..

    salam,
    Ato

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

Blog at WordPress.com.

%d bloggers like this: