Sore itu tidak biasanya kata-kata ketus dan menyakitkan diketik oleh jari saya dan terkirim ke nomor WhatsAppnya. Berawal dari kejengkelannya karena saya terlalu kepo berlebihan, membuatnya menulis kejengkelannya tersebut di WhatsApp Story. Saya marah “Kalau ada masalah sama aku, jangan nyindir bikin status di media sosial, sini diomongin baik–baik“. Saya semakin mengungkit banyak hal yang terjadi di antara kami, saking jengkelnya dengan ketidakdewasaannya pada saat itu, sampai saya bilang “Maaf kamu egois“.
Besok paginya, saya memutuskan deactivated akun Facebook dan Instagram dan uninstall keduanya aplikasi tersebut dari smartphone saya. Setelah dibilang kepo, saya awalnya marah, tetapi saya sadar saya memang terlalu berlebihan.
Itu sekilas drama yang bisa menjawab latar belakang awal dari pertanyaan teman-teman “Instagrammu udah gak aktif, Nes?” .
Sebelum memutuskan tidak aktif kedua media sosial tersebut pada November 2018, saya sebenarnya sempat non aktif sementara pada bulan Ramadan 2018 lalu. Ya cukup hanya sebulan. Sejenis digital detox sih, jadinya ketika memutuskan benar-benar non aktif, bukan hal yang terlalu menyakitkan bagi saya.
Sebelum non aktif, saya punya Facebook, Instagram dan Twitter untuk media sosial dan WhatsApp untuk aplikasi berkirim pesan. Setelah Instagram dan WhatsApp dibeli Facebook, fiturnya banyak yang sama, contoh gampangnya aja Story. Dan tidak jarang satu orang bisa share Story yang sama di ketiga akun media sosialnya tersebut. Oke, segmen followers-nya bisa beda. Tapi, ayolah berapa lama waktu yang kalian butuhkan untuk posting Story yang sama di 3 media sosial.
Ada 3 media sosial yang terpasang di smartphone ternyata cukup menghabiskan waktu sia-sia dan kuota data yang sia-sia. Kalau sudah stalking di Instagram, saya bisa menghabiskan waktu 1 jam sendiri. Saya dulu merasa bangga dengan kemampuan stalking saya. Sekarang, saya masih bisa hidup normal dan bahagia tanpa stalking berlebihan. Jujur sih, saya masih 1-2 kali buka Instagram via browser, untuk sekadar memastikan atau sekadar ingin tahu. Dengan uninstall aplikasi sebenarnya bisa mengurangi ketergantungan media sosial ini, karena membuat kita harus effort buka browser dan login. Ribet kan.
Apalagi sejak Instagram penuh akun gosip yang penuh turah-turah. Kita mungkin ga bisa follow, tapi teman kita yang follow dan jadinya muncul di Explore kita. Saya waktu itu follow banyak selebritis, dan ya juga tiba-tiba kepo ga penting dengan hidup mereka.
Berawal dari kata “kepo” darinya yang menyakitkan, saya pun akhirnya memutuskan hapus akun serta aplikasi Facebook dan Instagram, dan tetap membiarkan WhatsApp karena komunikasi kerjaan masih di sana, toh Story dia di WhatsApp juga udah cukup, japri juga bisa. Saya masih menyisakan Twitter dengan berbagai drama dan informasi yang menarik, yang lebih saya butuhkan dibandingkan Facebook dan Instagram.
Setahun ini, saya mungkin kurang update dengan video ataupun update yang viral. Tapi setidaknya saya tidak perlu repot-repot habis energi untuk memikirkan sesuatu yang tidak berpengaruh signifikan terhadap hidup saya. Saya tidak perlu sama dengan yang lain, yang haus konten, yang kadang sih kontennya juga ndak konsisten. Dengan mengurangi media sosial saya juga merasa males kalau dikit-dikit foto, dikit-dikit selfie.
Saya tenang, 1 tahun tanpa Facebook dan Instagram, yang penting tetap sama kamu, Mas. Eeeeeaaaaa.
Dan sepertinya saya akan memutuskan untuk tetap menonaktifkan akun Facebook dan Instagram saya. Jadi, silakan ucapkan “Selamat Tinggal” pada Facebook dengan nama Neser Ike Cahyaningrum atau Instagram @neserike. Kalau kalian mau tahu tentang saya, silakan cek Twitter @neserike, tempat saya mencurahkan kerandoman pikiran saya yang saking randomnya, dia sampai geleng-geleng kepala.
Leave a Reply