Siapa yang tidak kenal dengan Karimun Jawa, sebuah kepulauan di utara Jepara yang terkenal dengan keindahan alam bawah lautnya. Kalau menceritakan tentang itinerary perjalanan kesana dan keindahan alam di sana kayaknya udah terlalu mainstream ya. Pengunjung Karimun Jawa sudah cukup banyak, terbukti dari penuhnya KM Siginjai yang digunakan untuk penyeberangan Jepara – Karimun Jawa. Jadi, saya coba untuk bercerita tentang beberapa insight selama berwisata ke Karimun Jawa sewaktu liburan Natal kemarin
Karimun Jawa itu Ga Ndeso
“Karimun Jawa? Nyebrang 5 jam? Tidur di rumah penduduk? Cuma ada lampu pas malem? Ndeso banget donk”. Jujur, beberapa pertanyaan itu sering bermunculan di kepala saya sebelum akhirnya menjejakkan kaki di pulau ini. Bayangan saya awalnya tidur di rumah penduduk di pulau terpencil itu rumah penduduknya masih berlantaikan tanah, paling bagus semen lah, rumahnya dari kayu atau bambu. Pas googling pun, karena fokusnya ke obyek wisata, ga sempat kepoin informasi tentang penginapan secara detail.
Dan ternyata, semua di luar dugaan. Karimun Jawa sama seperti Jawa pada umumnya. Perkembangan pariwisata di Karimun Jawa ikut membangkitkan perekonomian di kecamatan yang berbentuk kepulauan tersebut. Rumah penduduk sebagian besar sudah berlantai keramik, minimal tegel lah. Sudah bertembok semen, dan tidak jarang pula yang rumah yang berlantai dua.

Karimun Jawa itu tidak sendeso yang kukira. Memang sih belum ada minimarket waralaba yang biasanya jadi parameter ndeso-nya suatu tempat, tapi Karimun Jawa itu sudah rame. Di pagi hari biasanya mobil travel sudah lalu lalang menjemput wisatawan di masing-masing penginapan. Penduduk setempat pun sudah memulai aktivitasnya dengan kendaraan masing-masing. Di malam hari, biasanya wisatawan akan keluar dari penginapan dan jalan-jalan mencari makan atau oleh-oleh. Kalau dibandingkan dengan rumah saya di Magetan, kayaknya lebih rame di Karimun Jawa deh. Rumah saya lebih ndeso.
Secara administratif, Kecamatan Karimun Jawa terdiri dari 4 desa, yang seluruhnya merupakan pulau besar, berbatasan langsung dengan laut atau biasa disebut dengan desa pantai. Keempat desa tersebut adalah Desa Karimunjawa, Desa Kemojan, Desa Parang dan Desa Nyamuk. Sebagai sebuah kecamatan dengan jumlah penduduk sekitar 9.016 jiwa (tahun 2013), Karimunjawa tentu memerlukan sarana pendidikan yang memadai. Di Kecamatan Karimunjawa terdapat 14 SD Negeri, 3 SMP, 1 Madrasah Aliyah dan 1 SMK Negeri untuk memenuhi kebutuhan penduduknya akan pendidikan yang layak.
Sejak mulai dikembangkan menjadi pulau wisata, kehidupan ekonomi Karimun Jawa mulai berkembang. Penduduk sebagian besar berkontribusi terhadap pengembangan pariwisata. Di wilayah Karimun Jawa terdapat kurang lebih 31 penginapan dengan pembagian 21 homestay, 4 hotel dan 6 resort. Pengunjung Karimun Jawa di tahun 2013 mencapai 70ribu wisatawan, dan memberikan pendapatan ke Taman Nasional Karimun Jawa senilai 65 juta rupiah.
Berbicara tentang fasilitas listrik, saat ini fasilitas listrik di Karimun Jawa hanya tersedia selama 12 jam, antara pukul 6 lama sampai 6 pagi. Jadi, kalau mau bawa peralatan elektronik, gadget, kamera atau yang lainnya. Siapkan powerbank dan steker T untuk berbagi listrik dengan teman di penginapan biar tidak rebutan.
Listrik di Jepara dikelola oleh PLTD Jepara, dengan tenaga diesel. Informasinya mulai awal tahun 2016, listrik Karimun Jawa dikelola oleh PLN di bawah bantuan anak perusahaan PLN yaitu Indonesia Power. Di bawah pengelolaan Indonesia Power ini, mulai 2016 ditargetkan Karimun Jawa akan dialiri listrik selama 18 jam per harinya. Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo menargetkan pada tahun 2017, penduduk Karimun Jawa bisa menikmati listrik 24 jam.
Sumber : BPS Kabupaten Jepara, Statistik Daerah Karimun Jawa 2014
Puskesmas Keliling di Perahu
Ketika berjalan menuju pelabuhan untuk melanjutkan perjalanan ke pulau kecil di sekitar kepulauan, saya menemukan sesuatu yang menarik. Kalau di Jawa biasanya kita menemukan puskesmas keliling dalam bentuk mobil berwarna putih, di Karimun Jawa puskesmas kelilingnya berupa perahu seperti yang saya lihat tertambat di pelabuhan.

Berbicara tentang kesehatan, pelayanan kesehatan penduduk Karimun Jawa dilayani oleh 1 Puskesmas yang terletak di Desa Karimun Jawa. Puskesmas ini dibantu oleh 2 Pustu (Puskesmas Pembantu) yang terletak di Desa Kemojan dan Desa Parang. Jumlah SDM kesehatan yang tersedia sebanyak 2 dokter umum, 6 bidan dan 16 paramedis/pembantu paramedis.
Tidak Sekedar Kaos Karimun Jawa
Di setiap obyek wisata, sering sekali kita menemukan souvenir berupa kaos khas. Begitu juga di Karimun Jawa. Kita akan banyak menemukan penjual kaos bertuliskan Karimun Jawa. Penjual souvenir termasuk kaos ini biasanya buka lapak di Alun-alun Karimun Jawa. Kadang kita juga bisa menemukan kaos dengan tulisan Karimun Jawa ini di Jepara.
Sebagian besar kaos yang dijual di Karimun Jawa, tulisannya “Karimun Jawa Paradise”, atau yang lagi ngehits sekarang “My Trip My Adventure – Karimun Jawa” dan lain-lain. Tapi, ada satu penjual kaos yang menurut saya unik. Kaos ini kiosnya memang bukan di Alun-alun, tapi tidak jauh dari Alun-alun. Di depan Alun-alun Karimun Jawa ada kantor kecamatan, kalau jalan dari arah pelabuhan ke Alun-alun, nanti di pojokan Alun-alun belok kiri dikit, sampailah di toko kaos yang namanya KJ.
Kenapa kaos ini menarik? Pemilik kaos ini sepertinya punya niat untuk menyindir eksploitasi ekosistem laut, dilihat dari desainnya yang anti mainstream. Contoh desainnya antara lain gambar Karimun Jawa sebelum menjadi tempat wisata di mana hanya ada sedikit perahu yang melabuhkan jangkar, yang disandingkan dengan gambar Karimun Jawa sekarang dengan begitu banyaknya perahu wisata untuk melabuhkan jangkarnya di terumbu karang. Saya tidak berniat untuk mengambil gambar, alasannya sederhana sih, takut kalau saya posting ada yang menduplikasi desainnya yang menarik tersebut. Harga kaos ini sekitar Rp 75.000,-

Desainnya menarik, kualitas kain kaos juga bagus, tapi kebetulan belum ada ukuran yang cocok buat saya. Terutama untuk kaos berlengan panjang. Dengan desain yang semenarik itu, menurut saya eman kalau belinya yang pendek, karena biasanya saya akan mix pake cardigan, yang artinya kemungkinan ada tulisan di depan dan di belakang akan tertutup cardigan ataupun hijab. Setelah banyak tanya-tanya, akhirnya saya tanya apakah mereka punya lapak online atau tidak. Dan mereka menjawab kalau ada lewat Facebook. Karena tidak ada kartu nama, kemudian mereka memberi saya paper bag yang berisi alamat email Facebooknya. Entah benar atau salah email yang diberikan, tapi sampai saat ini saya belum bisa menemukan akun Facebooknya. Sedikit menyesal tidak beli langsung di sana sekalian.
Wahana Permainan Air yang Mahal
Tidak hanya snorkeling, main di pantai maupun foto dengan ikan hiu. Di Karimun Jawa kita juga bisa menikmati wahana permainan air seperti Banana Boat dan Donat Boat. Sementara ini memang baru dua wahana ini yang bisa kita nikmati di Karimun Jawa. Dua wahana ini bisa kita nikmati di Pulau Menjangan Besar di sebelah area penangkaran hiu. Operator kedua wahana ini ternyata masih bersaudara. Namun, kita harus merogoh kocek yang cukup mahal untuk bisa menikmati wahana ini. Setiap orang dikenai biaya Rp 60.000 dengan minimal peserta 4 orang.

Untuk naik wahana ini, kita diwajibkan menggunakan pelampung. Sebelum naik wahana, kita sebenarnya bisa memilih mau diceburkan atau tidak dan menginformasikannya kepada operator. Durasi permainan ini memang mungkin hanya sekitar 10-15 menit, tetapi sensasinya memang luar biasa sewaktu ditarik boat dengan kecepatan tinggi dan didukung angin pantai yang cukup kencang. Sensasi bertambah luar biasa ketika tiba-tiba kita dijatuhkan ke dalam air.
Surga Buat Penggemar Seafood
Biasanya dalam paket wisata sudah termasuk dengan makan 2 kali sehari di pagi dan siang. Kadang menu makanan yang disiapkan seperti menu rumahan biasa, sesekali ada menu makanan laut atau seafood. Menu ikan bakar biasanya akan disajikan sewaktu makan siang di pantai atau pulau kecil.
Karena malam ga dapat jatah makan, biasanya wisatawan akan mencari makan di luar penginapan. Lagi-lagi Alun-alun menjadi tujuan wisatawan untuk mencari makan malam. Berbagai ikan laut segar dipajang dan siap untuk diolah langsung di tempat. Tidak hanya ikan laut, cumi, udang dan kerang segar pun bisa kita temukan di Alun-alun ini. Surga deh buat anak gunung yang suka makanan laut seperti saya ini. Tapi, kita harus pintar-pintar menawar harga kepada penjual makanan, karena di sini tidak ada price list ataupun timbangan dan harga juga ditentukan dari ukuran ikan yang kita pilih.
Penggemar bakso jangan berkecil hati, di Karimun Jawa juga banyak yang berjualan bakso. Bukan bakso daging sapi, tetapi bakso ikan. Rasanya pun juga tidak kalah menggoda dengan ikan bakar yang disajikan. Katanya yang jual sih, bakso ikannya tidak pakai tepung, free gluten gitu. Tapi apapun ya, pokoknya kalau bakso ya tetep enak.

Sebenarnya ada satu kuliner khas di Karimun, tapi kebetulan saya tidak sempat menikmatinya. Namanya “Lontong Krubyuk”. Kalau guide saya bilang, itu makanan sejenis soto yang pakai lontong. Tapi karena saya diet nasi termasuk lontong, maka saya memutuskan untuk tidak memilih makanan itu. Cumi dan ikan bakar serta bakso ikan lebih menggoda.
Cheating dari janji tidak makan mie instan pun sering terjadi sewaktu traveling. Begitu juga sewaktu saya di Karimun Jawa ini. Setelah lelah bersnorkeling, mie instan begitu menggoda, apalagi dimakan sambil menunggu senja. Baiklah, diet sepertinya gagal.

Satu pesan ketika liburan di Karimun Jawa, JANGAN LUPA SUNBLOCK. Apalagi setelah makan siang, biasanya kita akan lupa untuk mengoleskan kembali sunblock ke wajah atau tubuh kita. Saya sempat shock, gara-gara melihat wajah saya belang setelah mandi sore di penginapan. Tapi, gosong itu sepertinya terbayar dengan keindahan dan keunikan Karimun Jawa. Syukurlah, hanya gosong merah, beberapa hari kemudian berangsur pulih.
Leave a Reply