Film “Shy Shy Cat”, Mengingatkan pada Kontribusi terhadap Kampung Halaman

Kalau membaca judulnya, pada mengira kalau ini film Barat ya. Bukan, film ini adalah film Indonesia yang disutradarai oleh Monty Tiwa dan skenarionya ditulis oleh Aditya Mulya, sang penulis Sabtu Bersama Bapak. Kalau ditanya kenapa tertarik nonton film ini, jawaban pertama adalah karena “Fedi Nuril”, sosok aktor yang imam material banget. Wahahaha.

Sebelum lanjut, ini official poster dan official trailernya.

SHY_SHY_CAT_560_x_795_2.jpg
Enter a caption

Selain Fedi Nuril, film ini juga dibintangi oleh Nirina Zubir (Mira), Acha Septriasa (Jessy) dan Tika Bravani (Umi). Ketiga perempuan ini bersahabat erat dengan karakter berbeda satu sama lain. Mereka pun tinggal serumah dan saling mendukung. Mira, adalah seorang bankir sukses. Karena kesuksesannya Mira pun mendapat berbagai bonus dari kantornya, salah satunya tiket liburan ke Eropa. Berbeda dengan Mira, kedua sahabatnya cenderung kurang beruntung dalam karirnya. Jessy yang berprofesi sebagai pemain film, harus menerima bahwa filmnya hanya ditonton oleh segelintir orang. Bahkan image aktris esek-esek begitu menempel di diri Jessy. Sedangkan Umi, yang bercita-cita sebagai desainer terkenal, punya penyakit yang membuat begitu mudah merasa panik, depresi dan tertekan. Penyakit ini membuat Umi banyak bergantung pada obat-obatan anti depresan.

Nah, Fedi Nuril diperebutkan oleh ketiga sahabat itu? Hmmmmm, yaps. Tapi, di sini, Fedi yang berperan sebagai Otoy sebenarnya sudah dijodohkan dengan Mira sejak kecil. Namun, Mira menolak perjodohan, dan meminta bantuan kepada kedua sahabatnya untuk menggagalkan perjodohan tersebut. Bagaimana kelanjutannya? Lihat sendiri aja ya. Aku cuma akan menyampaikan beberapa hal yang bisa aku petik dari film ini.

Pertama, kadang cinta atau perasaan itu bisa merusak persahabatan. Kasusnya di sini, di tengah-tengah upaya penggagalan perjodohan, ternyata ketiga sahabat ini sama-sama menyukai Otoy. Semua berebut mengambil hati Otoy. Bahkan, ada saat di mana mereka bertengkar hebat dan mengeluarkan kata-kata yang menyakitkan bagi sahabat mereka sendiri.

Kedua, Otoy yang diceritakan berasal dari desa, yang semasa kecil begitu nakal dan mesum, ternyata setelah dewasa begitu banyak berubah. Pemuda desa yang akhirnya menuntaskan studinya di Kairo. Tidak tanggung-tanggung. Pendidikan S1 dan S2-nya diselesaikan di kota tersebut. S1 di jurusan yang berkaitan dengan agama dan S2 di bidang bisnis. Ini sedikit mirip dengan Fahri yang menyelesaikan pendidikannya di Kairo juga ya. Berbeda dengan Fahri yang akhirnya malah ke Edinburgh, Otoy ini malah kembali ke Indonesia, ke desa asalnya sendiri.

Dengan ilmu yang dimilikinya, Otoy berupaya memberdayakan masyarakat sekitarnya dengan memanfaatkan lahan pertanian di desanya tersebut. Para perempuan yang dulu nikah muda, dulu terpaksa dikawinkan untuk membayar hutang orang tuanya, sekarang bisa mulai mandiri dengan bekerja sebagai petani. Tidak hanya sekedar petani buruh biasa. Keberhasilan pertanian di desa tersebut membuat desa tersebut menjadi desa percontohan. Perkembangan pertanian di desa tersebut Otoy manfaatkan untuk agrowisata. Untuk menunjang agrowisata tersebut, Otoy memasang free wifi di seluruh kawasan desa. Otoy pun mengajak warga desa untuk belajar Bahasa Inggris sebagai salah satu skill untuk menghadapi wisatawan terutama wisatawan asing.

Di beberapa adegan dan percakapan, kadang Mira tersindir dengan ucapan Otoy. Mira sendiri sudah lebih dari 8 tahun tidak pulang ke kampung halaman, apalagi berkontribusi ke kampung halamannya. Mira sudah terlalu nyaman dengan kehidupannya sebagai bankir di kota.

Seperti aku jugas, terlalu nyaman dengan pencapaian dan kehidupan di kota, sehingga kadang aku lupa apa yang sudah aku bisa berikan ke kampung halaman sendiri.

Advertisement

2 responses to “Film “Shy Shy Cat”, Mengingatkan pada Kontribusi terhadap Kampung Halaman”

  1. […] salah satunya film “Shy Shy Cat”. Ulasanku tentang “Shy Shy Cat” bisa dilihat di sini : Review Shy Shy Cat. Mas Adhit ini adalah suami dari Ninit Yunita, seorang penulis juga. Setelah follow Instagram dan […]

  2. […] Baca juga : Film “Shy Shy Cat”, Mengingatkan pada Kontribusi terhadap Kampung Halaman […]

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

Blog at WordPress.com.

%d bloggers like this: