Dua Kelas Inspirasi sebagai Pembuka dan Penutup di 2017

 

Sebenarnya menjelang akhir tahun 2016 kemarin sempat memutuskan untuk  sejenak berhenti dari dunia per-KI-an pada tahun 2017.  Tapi godaan untuk berkumpul kembali dengan geng Tralala Troops ternyata membuatku tergoda untuk kembali mencoba ikut Kelas Inspirasi Lombok 4 yang diselenggarakan di Sembalun, sebuah daerah di kawasan kaki Gunung Rinjani. Di bulan Februari, aku juga harus menuntaskan tugas sebagai panitia dan fasilitator di Kelas Inspirasi Magetan 4.

Kedua daerah ini mempunyai beberapa persamaan. Magetan itu rumahku, sedangkan Lombok memang bukan rumahku, tetapi rasanya homey banget di sana. Kenapa homey? Beberapa hari tugas di sana, kalau malem bisa ketemu sama temen-temen KI Lombok, disambut hangat dan menyenangkan.

Persamaan kedua, kalau KI Lombok 4 di kaki Gunung Rinjani, KI Magetan ini kebetulan dapat Zona Inspirasi di kaki Gunung Blego. Hahahaha. Padahal Blego kalau dibandingkan Rinjani mungkin ga ada apa-apanya ya. Kalau perbedaanya, di KI Lombok 4 ini sebagai pengajar. Sedangkan di KI Magetan 4 sebagai panitia dan fasilitator.

Cerita lengkapnya ini di bawah ya.

Berkumpul  di Dinginnya Kaki Rinjani

Di KI Lombok 4 ini kebetulan dapat lokasi di SDN 2 Sembalun Lawang. Kalau dilihat sebenarnya masih kota dibandingkan dengan beberapa daerah yang lain, seperti Bilok Petung. Yang istimewa di sini, sebagian relawan di SDN 2 Sembalun Lawang merupakan anggota Tralala Troops, relawan yang pernah ikut di KI Lombok 3 di Gili Trawangan (baca : Terinspirasi di Balik Ramainya Gili Trawangan).

Jadi, di KI Lombok 4 ini, panitia membuat kebijakan bagi para relawan yang pernah ikut KI Lombok sebelumnya tidak perlu mengisi form pendaftaran lagi dan beberapa eks relawan KI Lombok 3 akan dikumpulkan dalam satu rombel seperti di KI Lombok 3 tahun lalu. Termasuk juga Geng Tralala Troops, sebagian di SDN 2 Sembalun Lawang dan sebagian di SDN 1 Sembalun Lawang.

Beberapa relawan ternyata harus mundur karena beberapa kepentingan yang harus diselesaikan. Sempet deg-degan juga kalau banyak yang mundur, karena jumlah siswa di SDN 2 Sembalun Lawang cukup banyak, sekitar 239 siswa. Namun, akhirnya relawan yang tersisa masih mencukupi untuk dibagi ke 9 kelas yang ada (Beberapa kelas memang dibagi 2, kelas A dan B).

Kebetulan di bulan Januari aku ada project di Nusa Tenggara Barat, terutama Mataram. Jadwal project yang aku susun pun aku buat sedemikian rupa sehingga aku bisa sekalian kerja terus lanjut cuti ikut KI Lombok 4. Namun apa daya, ketika H-4 Hari Inspirasi, aku diharuskan balik dulu ke Surabaya untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan. Melayanglah harapan transport KI dibayarin kantor. Kebayang kan, Selasa sore balik Surabaya terus Kamis malemnya terbang ke Lombok lagi. Untungnya udah bakoh ya Nes.

Jumat  siang, berangkatlah aku dengan sebagian anggota rombel ke Sembalun naik mobil. Beberapa anggota lain sudah berangkat naik motor mulai pagi dan ikut rombongan naik elf yang disediakan panitia. Mas Eka, fasilitator di SDN 2 Sembalun Lawang dan juga fasilitator pas di Gili Trawangan dulu, mengajak kami untuk naik mobil bersama. Kalau yang lain ke Sembalun lewat jalur Lombok Timur, Mas Eka pun mengajak kami lewat jalur utara. Kata Mas Eka “Lewat jalur utara aja, lebih menantang”. Dasar ya owner-nya Lombok Hidden Trip ini maunya tetap memberikan pengalaman berkesan ke customer-nya. Jalur utara ini melewati Lombok Barat, Lombok Utara terus Lombok Timur di mana Sembalun berada. Melewati garis pantai pesisir barat Lombok dan  juga melewati jalur pegunungan. Memang cukup jauh, sampai Bang Balqis bilang “Ini kita mau ke Lombok Timur kenapa sampai ke Lombok Utara ya”. Tapi, memang pemandangannya amazing, ditemani becandaan yang rame dan suara ngorok-nya yang pada tidur. Di sela-sela perjalanan kami pun masih sempat menikmati sate ikan di daerah Tanjung sambil foto sebentar di pantai.

Sampai di kawasan Sembalun sudah sekitar pukul 18.30. Jam segini kalau di Lombok masih agak terang. Sebelum sampai ke lokasi penginapan, karena nemu lokasi yang instagramable, kami berhenti sebentar dan foto-foto. Mumpung belum gelap, sist.

IMG-20170121-WA0048.jpg
Sembalun di sore hari

Hari sudah gelap dan kamipun sampai di penginapan, di SDN 2 Sembalun Lawang. Yaps, kami menginap di sekolah. Lebih tepatnya di perpustakaan, biar dapet suasana kebersamaannya. Halah. Selesai beres-beres, kamipun briefing sebentar untuk menyiapkan acara besok pagi. Mulai dari jadwal, konsep dan juga beberapa peralatan untuk closing.

img-20170121-wa0002
Briefing sambil buat pesawat terbang

Selesai briefing ternyata sudah lebih jam 21.00. Perut kami pun mulai berbunyi nyaring. Sebagian dari kami pun mencari makan di luar. Dan apesnya, sudah tidak ada warung yang buka. Kamipun meluncur ke basecamp panitia di Cemara Siu. Ternyata di sana disediakan makan ala prasmanan dengan biaya Rp 15.000/pax. Karena masih banyak yang di sekolah dan ribet kalau harus antar jemput ke Cemara Siu, makan kami pun membungkus nasi beserta lauk pauk untuk kami bawa ke sekolah. Sisa makanan ternyata masih banyak, kami yang cewek-cewek mulai membungkus nasi dengan cara seadanya.

Selesai makan bersama di sekolah, kamipun mulai istirahat, gegoleran bersama mirip ikan pindang. Kalau kata Alvi dan Mak Doris, penampilan kami yang tidur di dalam sleeping bag lebih mirip  pepes dugong. Ditemani dinginnya Sembalun kamipun tertidur lelap.

IMG-20170121-WA0022.jpg
Pepes Dugong

Pagi-pagi, sambil antri mandi, kami pun latihan Senam Sherina untuk menghalau dingin. Sebenarnya sih ga dingin-dingin banget, toh aku mandi pas Subuh pun berani. Tapi memang sih dengan mandi pagi-pagi, setelahnya ga kerasa dingin. Setelah senam pun kami kebingungan mau sarapan apa. Dan jreeenggg, dimasaklah mie instan 3 bungkus untuk bersama. Pas kebetulan tukang cilok dateng, tambahlah dengan cilok ya. Semoga bisa mengganjal perut ya.

IMG-20170121-WA0053.jpeg
Hai mie instan plus cilok

Daaannnnn, mulailah kegiatan kami di hari itu. Dimulai dengan Senam Sherina yang dipandu oleh instruktur tetap yaitu Alvi. Karena kebagian megangin microphone, aku hanya bisa gerak kanan kiri goyang dikit, ga bisa ikut senam full.

Sesi mengajar di kelas berjalan lancar seperti biasanya. Yang berkesan di sini ketika closing, selain menerbangkan pesawat, kami pun menyanyikan lagu-lagu ditemani petikan gitar oleh Mas Juned. Ramai, dan bikin terharu juga. Apalagi ketika di terakhir kami menyanyikan Hymne Guru di depan guru SDN 2 Sembalun Lawang.

IMG-20170122-WA0089.jpg
Closing sambil nyanyi

Dan, sepertinya inilah terakhir kalinya aku menjadi relawan pengajar di Kelas Inspirasi. J

 

Masih Punya Mimpi Tinggi Meski di Daerah Terpencil

Di KI Magetan 4 ini, aku pun lebih memilih menjadi fasilitator. Setelah KI Magetan 1 menjadi relawan pengajar, dan KI Magetan 2 dan 3 menjadi relawan pengajar dan fasilitator. Capek sist kalau harus multitasking, otaknya udah ga sekuat dulu.

KI Magetan 4 kali ini aku ditempatkan di SDN Sayutan 2, sebuah SD yang jaraknya kurang lebih 1 km dari rumahku. Teman-teman relawan pengajar, dokumentator dan fasilitator aku ajak menginap di rumah. Dengan pertimbangan jarak dari Magetan kota ke rumah yang cukup memakan waktu, tidak hanya dari jarak tetapi dari medannya juga. Untung Minggu sore tidak hujan, jadi medan masih cukup bersahabat. Kalau hujan medannya sudah mirip sama sawah, jadi bingung mau lewat mana.

DSC_3214.JPG
Kalau abis hujan kaya gini

 

DSC_3238.JPG
Kalau pemandangan bisa bagus kaya gini

Malamnya kami pun mulai membahas kegiatan untuk Hari Inspirasi. Setelah melalui diskusi, akhirnya kami mengubah konsep yang sebelumnya ditentukan. Beberapa bahan dan peralatan yang dibutuhkan pun akhirnya kami siapkan dengan bahan seadanya yang ada di rumah saya. Kertas warna warni punya Bapak dan pot bunga punya Ibuk pun terpaksa kami gunakan. Diskusi pun berlanjut dengan ngobrol sampai jam 12 malam.

Pagi itu kami sudah sampai di sekolah sebelum pukul 06.30. Ini nih enaknya kalau H-1 sudah di lokasi, bisa lebih pagi dan lebih tenang ke sekolahnya. Selesai upacara dengan jumlah siswa sebanyak 27, kamipun mulai kegiatan kami. Karena kebetulan salah satu relawan pengajar adalah penari, dan siswa pun diajak belajar tari kecak.

Dengan jumlah siswa yang minim, apalagi dibandingkan dengan siswa di KI Lombok kemarin yang 200an, ternyata siswa SDN Sayutan 2 bisa rame dan aktif. Tidak perlu ditanya, mereka suka berinteraksi dengan relawan. Bahkan mereka selalu ingin tahu dengan relawan yang ada di depan mereka. Ketika diminta maju ke depan, mereka pun berebut tanpa harus dipaksa.

Ada anak kelas 1 yang namanya Saiful, ketika ice breaking selesai upacara aku minta untuk memimpin jargon. Ketika aku bilang SDN Sayutan 2 dia bukannya menjawab jargonnya malah berteriak sambil tertawa. Kami pun jadi ikut tertawa melihatnya. Saiful ini paling kecil dan aktif banget, dia bercita-cita menjadi tentara.

Ada si Roby, yang dari pagi tidak menggunakan atribut lengkap dan malah pakai plester di dahi. Ketika ditanya Roby malah menjawab dengan logat ala Upin Ipin. Di kelas 6, bahkan ada siswa yang namanya Dio, yang bisa nembang lagu Magetan Kumandang. Duh apalah aku yang warga Magetan tapi tidak tahu lagunya gimana.

DSC_3241.JPG
Yang tengah si Roby yang paling banyak tingkah

Closing pun kami buat sederhana, dengan menggantungkan cita-cita mereka di ranting yang sudah kami siapkan. Karena beberapa masih kecil, kamipun beberapa kali mengangkat dan menggendong mereka untuk membantu menggantungkan cita-cita mereka di ranting.

IMG_1852.JPG
Roby berat juga ternyata

Dengan keterbatasan mereka, aku bangga, meskipun berada di daerah yang aksesnya ga mudah, mereka tetap bisa menjadi anak yang ceria, aktif dan punya mimpi tinggi. Meskipun di sisi lain mereka juga ada yang bilang “Kalau sekolah sampai tingkat apa itu tergantung sama orang tua kuatnya nyekolahinnya”. Ayo Dek pasti bisa, aku yang asalnya dari sini juga bisa sekolah tinggi kok, meskipun orang tua nyekolahinnya dengan jatuh bangun. Yang penting kita semangat dan kerja keras.

_20170207_093916.JPG
SDN Sayutan 2

 

Berhenti Sejenak

Dan, perjalanan Kelas Inspirasi ku sepertinya berakhir sampai di sini. Aku inget salah satu kalimat yang diucapkan Pak Sagung ketika evaluasi panitia dan fasil KI Magetan “Kegiatan Kelas Inspirasi itu sebenarnya adalah pemantik buat kita untuk melakukan kegiatan lain yang bermanfaat”. Mungkin sekarang saatnya buat aku untuk melakukan kegiatan lain yang bermanfaat. Mulai dari membayar hutang untuk kembali ke sekolah-sekolah yang pernah aku datangi di Kelas Inspirasi sebelum-sebelumnya.

Sekali lagi, buat aku Kelas Inspirasi bukan untuk dilombakan berapa jumlah KI yang pernah aku ikuti. Tapi, bagaimana kita bisa bermanfaat lebih untuk siswa-siswa tersebut dan masyarakat sekitar. Bukan kuantitas, tapi kualitas. Daripada terus menerus menambah hutang, bukankah sebaiknya  aku selesaikan dulu hutang-hutang sebelumnya?

Terima kasih Kelas Inspirasi, untuk semua pengalaman, kesempatan berbagi dan ratusan teman baru. J

IMG-20170207-WA0010.jpg
Kelas Inspirasi Magetan, Terima kasih untuk 1,2,3 dan 4 🙂

 

3 responses to “Dua Kelas Inspirasi sebagai Pembuka dan Penutup di 2017”

  1. Seru banget ih jalan-jalan sambil sharing 😀

  2. […] Baca juga : Dua Kelas Inspirasi sebagai Pembuka dan Penutup di 2017 […]

  3. […] Baca juga : Dua Kelas Inspirasi sebagai Pembuka dan Penutup di 2017 […]

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s