Setelah terakhir kali dilaksanakan pada awal 2018 lalu, Kelas Inspirasi Lombok kembali dilaksanakan di Juli 2019 ini. Kelas Inspirasi Lombok yang ke-6 ini mengambil tema “Mandalika The Hidden Treasure“. Sesuai dengan temanya, Kelas Inspirasi Lombok kali ini diadakan di daerah sekitar Mandalika, sebuah Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) yang dicanangkan sebagai satu dari 10 Bali baru oleh Kementerian Pariwisata. Kawasan Mandalika ini terletak di Kecamatan Pujut, Lombok Tengah.
Baca juga : Terinspirasi di Balik Ramainya Gili Trawangan
Baca juga : Dua Kelas Inspirasi sebagai Pembuka dan Penutup di 2017
Baca juga : Jangan ke Lombok, Move On-nya Berat, Kamu Gak Akan Kuat
Berbeda dengan biasanya selama saya mengikuti Kelas Inspirasi Lombok 3-5, kali ini saya mencoba hal baru dengan menjadi panitia. Syukurlah, teman-teman Kelas Inspirasi Lombok berkenan menerima saya yang berasal dan tinggal di luar Lombok ini sebagai panitia. Saya “kebagian” tugas di MI Pogem Petiwung. Saya pertama kali tahu sekolah ini dari tulisan teman saya di situs pribadinya di sini. Dari ceritanya, sepertinya sekolah ini menarik. Dan salah satu keberuntungan untuk saya bisa jadi relawan di sana.

Baca juga : Sekolah Petiwung, Potret Miris Sekolah di Kawasan Wisata
Sekolah Bambu
Sekolah ini bernama MI NW Nurul Haq Pogem Petiwung, dikelola bawah yayasan milik Nahdlatul Wathan, organisasi keagamaan terbesar di Pulau Lombok ini. Berstatus swasta, MI Pogem Petiwung ini awalnya dibangun untuk mempermudah akses pendidikan di Desa Sukadana, Kec. Pujut, Lombok Tengah.
Dengan tambahan sedikit bantuan dari yayasan, sekolah ini mulai dibangun 2012. Dengan segala keterbatasan dana, saat ini sekolah sudah berhasil berdiri dengan 5 kelas bertembokkan bambu, 1 perpustakaan dan 1 ruang guru. Dengan kondisi sama semi terbuka ini, sekolah ini sempat dikonsepkan dalam bentuk eco school oleh yayasan yang membantunya tersebut, tapi terdapat kendala dalam penerapan.

Ada yang salah dengan konsep sekolah berdinding bambu? Menurut saya ini malah menarik. Apalagi bisa dikombinasikan dengan konsep sekolah alam, seperti yang awal dikonsepkan. Meskipun memang di penerapannya, sekolah alam butuh konsistensi penerapan dari para pelaku pendidikan di sana. Tapi ternyata bangunan sekolah ini menjadi salah satu penilaian buruk dalam akreditasi sekolah, sekolah ini mendapatkan nilai D, dengan salah satu penilaian paling buruk dalam sarana dan prasarana.
Pinggiran Kawasan Padat Investasi
Lokasi MI Pogem Petiwung hanya sekitar 10 menit dari kawasan Kuta Mandalika, kawasan wisata yang mulai dikembangkan Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC) dan akan menjadi kawasan sirkuit MotoGP. Kawasan terdekat sekolah ini sudah mulai dikavling investor, dan siap-siap digusur.
Bagaimana kabar sekolah ini? Salah satu guru menyebutkan, sekolah yang berada di perbatasan Desa Kuta dan Desa Sukadana ini sudah masuk dalam grand design pembangunan kawasan wisata Kuta Mandalika. Mungkin tinggal menunggu waktu saja.
Akses dari kawasan Kuta Mandalika menuju lokasi MI Pogem Petiwung cukup mudah dengan aspal mulus. Tapi, aspal mulusnya hanya di depan jalan menuju kampung saja. Sisanya? Jarak 500 meter dari batas jalan aspal menuju sekolah, kita tempuh dengan kondisi yang berbeda 180 derajat dengan kemulusan aspal di depan kampung.
Berbeda dengan sekolah kebanyakan, tidak ada plang sekolah yang menunjukkan bahwa bangunan ini adalah sekolah. Adanya lapangan, tiang bendera dan bangku-bangku yang terlihat yang menunjukkan bahwa bangunan tersebut adalah sekolah. Sekolah ini pun sebenarnya lebih dikenal dengan nama Sekolah Bambu dibandingkan dengan nama aslinya.
Siswa-Siswi yang Super Aktif
Saat ini jumlah siswa di sekolah ini sekitar 70-an. Sebagian besar siswa belum bisa lancar bahasa Indonesia. Meskipun terjadi kendala komunikasi dengan siswa, tetapi siswa-siswi aktif sekali dan bersemangat. Permainan yang mereka sukai adalah berputar-putar ala India-indiaan, asyik sih tapi bikin pusing. Energi mereka tak pernah habis, padahal relawannya langsung ngedrop energinya saking tidak kuatnya mengikuti semangat mereka.
Para relawan Kelas Inspirasi Lombok di MI Pogem Petiwung ini berasal dari berbagai daerah dan profesi. Teman-teman yang dari luar Lombok harus mengeluarkan tenaga ekstra untuk berkomunikasi dalam bahasa Sasak. Begitu juga dengan kelas 1-2, yang masih suka bermain. Menceritakan profesi tidak mudah kepada mereka, aktivitas yang banyak dilakukan dengan mereka dengan bermain-main.

Para siswa terlihat senang sekali dengan kedatangan para relawan. Ada siswa yang tiba-tiba memeluk saya sambil gelendotan “Kakak main ke sini lagi ya”. Karena tidak boleh menjanjikan sesuatu, relawan harus pintar-pintar ngomong yang tidak membuat mereka kecewa. Tetapi di dalam hati, berdoa semoga bisa balik lagi ke sekolah ini.
Beberapa siswa mulai belajar enterpreneurship. Ada yang berjualan donat yang dibuat oleh saudaranya, harganya Rp 1000-an, murah banget. Karena tergoda dan lapar, kami pun membeli sisa donat yang dijual oleh anak tersebut.
Mereka punya potensi yang besar dilihat dari keaktifan dan antusiasme mereka. Mereka berani berinteraksi dengan orang-orang baru. Setiap hari Senin dan Rabu mereka juga mendapatkan pelajaran Bahasa Inggris dari para turis yang ada datang Kuta Mandalika. Bapak Kepala Sekolah bercerita kalau 2 angkatan yang sudah lulus sudah bisa berbahasa Inggris dengan lancar dengan wisatawan.

Kelas besar seperti 4-6 juga antusias dengan cerita dan materi dari relawan. Ada siswa kelas 4 yang tidak kebagian diajar oleh bidan dan apoteker pun sempat merengek ingin tahu lebih mendalam dengan profesi tersebut. Mereka benar-benar mendapatkan suasana dan pengetahuan baru dari kegiatan ini. Kegiatan kecil yang semoga bisa selalu mereka ingat jika mereka sudah besar nanti.
Leave a Reply