Terinspirasi di Balik Ramainya Gili Trawangan

Awal tahun 2016, sempat menuliskan “Lombok” dan “Gili Trawangan” di wishlist traveling tahun ini. Ya masa Bapak Ibuk udah kesana, tapi anaknya belum. Ternyata, Gusti Allah memang Maha Baik, setelah “ditolak” di Kelas Inspirasi Yogyakarta, keluarlah pengumuman tentang Kelas Inspirasi Lombok Menjelajah Pulau. Setelah berhitung dengan budget dan perhitungan tetek bengek perencanaan keuangan saya, akhirnya memutuskan untuk mendaftar Kelas Inspirasi Lombok tersebut, apapun hasilnya. Kalau misalkan tidak lolos seperti di Yogyakarta, bisalah buat jalan-jalan aja.

Jauh jauh hari, saya sudah mulai hunting tiket murah, maklumlah calon Emak-emak rempong, seribu aja dipikirin. Jauh-jauh hari pula, setelah pengumuman “calon relawan” diberikan, teman-teman calon relawan pun sudah heboh buat grup Whatsapp. Pengumuman akhir pun diberikan, dan saya pun kebagian di Gili Trawangan. Satu wishlist traveling pun tercoret.

Tulisan ini bukan tentang indahnya Lombok atau Gili Trawangan, bukan juga tentang itinerary perjalanan seperti yang pernah diminta oleh salah satu follower saya di Twitter. Kalau dari sisi perjalanan, trip kali ini tidak se-well planned trip saya biasanya. Sedikit backpacker ala-ala, 2 dari 4 malam di Lombok, menginap di rumah sesama relawan, bareng temen-temen yang baru ketemu pas di Bandara Lombok. Sisanya menginap bareng Trawangan di homestay Gili Trawangan dan malam terakhir mencoba meluruskan punggung di salah satu budget hotel favorit yang berwarna ungu. Kulinernya juga ga udah dibahas ya, enak semua, pedes juga. Untunglah setelah ngetrip, timbangan masih bersahabat, cuma labil bentar geser kanan setengah strip, trus beberapa hari kemudian geser kiri lagi.

 

Mereka Bernama Tralala Troops

Rombel Gili Trawangan yang kebagian mengajar di SDN Gili Indah 2 ini hanya berkomunikasi via grup Whatsapp sebelum bertemu di briefing relawan. Meskipun belum saling bertemu, grup WA pun rame dengan diskusi tentang persiapan Hari Inspirasi, mulai dari akomodasi transportasi di Gili Trawangan, konsep closing sampai kenang-kenangan. Ketika bertemu di briefing relawan pun ternyata memang jauh lebih rame, meskipun tidak semua relawan berkesempatan hadir di waktu briefing.

Dibandingkan beberapa Kelas Inspirasi yang pernah saya ikuti sebelumnya, rombel saya di Gili Trawangan ini merupakan rombel dengan komposisi terbanyak, lebih dari 20 orang. Biasanya di kota-kota kecil yang saya ikuti sebelumnya, paling banyak hanya sekitar 15 orang. Rombel ini juga heboh banget, mungkin karena relawan yang berasal dari berbagai daerah dengan berbagai latar belakang profesi yang berbeda-beda. Dan inilah rombel Gili Trawangan yang kami beri nama Tralala Troops. Kenapa “Tralala” bukan “Trawangan”, karena kami selalu terlihat bahagia. Eeeeeeeaaaaa

IMG-20160328-WA0027
Tralala Troops, kolase by Mas Imran

 

Mulai dari kiri atas, ke kanan kemudian mengular ya :

  1. Kak Balqiz, dosen olahraga di salah satu universitas negeri di Surabaya. Tidak dipungkiri, omongannya yang khas dan ceplas ceplos turut membuat rombel ini jadi heboh. Kalau ketemu sekilas, mungkin kita tidak akan menduga kalau dia adalah seorang dosen
  2. Aa Husnul, itu panggilan khas Kak Balqiz ke Mas Husnul. Hahahahaha. Seorang EO dari Jakarta, yang ternyata juga sudah malang melintang di perKI-an
  3. Diliewatin aja, yang nulis di blog ini, udah kenal kan ya, udah bosen pastinya. Kalau disuruh kenalan lagi, takutnya curhat panjang kali lebar kali tinggi yang hasilnya volum.
  4. Mas Feri, Scrum Master di salah satu perusahaan start up yang terkenal dengan Karya Anak Bangsa-nya, sebut saja Gojek. Apa itu scrum? Aku juga ga paham-paham banget.
  5. Mas Ajie, yang sempat bernama @herjunotajie di akun instagramnya. Fasilitator di rombel Gili Trawangan, bekerja sebagai penyiar radio juga. Di Gili Trawangan, Mas Ajie mengajak istri dan kedua anaknya yang kriwul-kriwul lucu yaitu Queen dan Deeva.
  6. Sofia, ibu auditor kece yang bantuin kita buat ngitung LPJ keuangan rombel Gili Trawangan
  7. Hera, orang asli Lombok, bekerja sebagai asisten peneliti. Bedanya dengan saya, Hera banyak meneliti tentang fenomena sosial, kalau saya dulunya meneliti tentang pemasaran. Saat ini Hera sedang meneliti tentang buruh migran di Jawa Timur. Dan ternyata, Hera sudah melakukan penelitian di desa yang berbatasan langsung dengan desa saya di Magetan.
  8. Kak Hifni, guru matematika yang kami panggil “Pak Ustad”, yang sempet sepedaan sendiri malem-malem di Gili Trawangan
  9. Kak Jule (bukan Jupe ya), PNS Pamong Belajar, bekerja di Mataram, di bawah instansi Bapak Menteri idolanya. Emak-emak satu anak yang agak rempong ini punya banyak temen bule, yang beberapa sempat melakukan observasi ketika Hari Inspirasi berlangsung
  10. Ummi Ala, lagi-lagi dari Karya Anak Bangsa, salah satu selebnya rombel Gili Trawangan. Stalking aja Alamanda Shantika kalau mau tahu lebih jelas. Ummi ini jago baca doanya, bikin trenyuh. Dan, dia punya cita-cita jadi Menteri Pendidikan lho. Doain yaaa
  11. Alvi Kusuma, apoteker dan dosen asli Gedangan, Sidoarjo, yang lidahnya sudah jadi lidah Jakarta dengan logat loe gue-nya. Dan ternyata dunia sempit banget ya, Alvi ini salah satu relawan Turun Tangan Jakarta yang kenal sama temen dekatku yang namanya Tika We.
  12. Mas Lutvi, masih dari Karya Anak Bangsa juga, Head of Engineer­­- Di kelas, Mas Lutvi pun harus menghadapi siswa yang naik ke atas meja. Sama dengan saya yang sempat mengajar di kelas 1, Mas Lutvi pun kewalahan dengan siswa kelas 1 yang nangis dan berantem.
  13. Mamak Dorys, lawyer kita yang paling totalitas di rombel Gili Trawangan ini. Saya akui, tanpa Mamak Dorys mungkin rombel Gili Trawangan tidak akan seperti ini. Mamaknya Shiloh yang keren ini juga bikin heboh karena keberaniannya numpang tronton milik tentara dari bandara sampai hotel. Anaknya si Milo juga keren dan ganteng juga. Untung masih kecil Mak. :p
  14. Subhan, fasilitator kita seperti Mas Ajie. Subhan ini berasal dari Sumbawa, pulau di sebelah Lombok yang ditempuhnya dengan naik motor kurang lebih 6-7 jam. Subhan ini juga aktif di berbagai kegiatan sosial lho
  15. Mas Abdul, seorang engineer yang barusan iku Kelas Inspirasi Bulukumba dan langsung menuju Lombok untuk ikut Kelas Inspirasi Lombok. Mas Abdul ini juga totalitas sampai bawa drone untuk melengkapi dokumentasi
  16. Mas Seto, setim sama Mas Feri, Ummi Ala dan Mas Lutvi. Pas mengajar di kelas, Mas Seto ini mengajak siswa buat main
  17. Mas Rizki, service designer dari perusahaan maskapai kebanggaan Indonesia. Saya sempat tandem mengisi materi di kelas 4 bersama Mas Rizki ini. Selain itu, Mas Rizki juga mempunyai beberapa bisnis lain seperti laundry dan online shop, yang diurus oleh ketiga adminnya Ayu, Gisel dan Marsha (bukan nama sebenarnya) :p
  18. Mba Visi Misi, ehhh salah Visi Anjani, fotografer kita, yang ternyata selebgram ternama dengan follower lebih dari 21.000. Coba cek aja instagram @jamilah_wae, dijamin nemu foto-foto yang keren-keren
  19. Mba Dewi dan Mas Edwin, pasangan Kelas Inspirasi ketiga yang saya temui, setelah Ovi – VJ di Kelas Inspirasi Gresik dan Hendra – Suci di Kelas Inspirasi Lamongan. Jangan tanya saya kapan ya? Sulit jawabnya :p. Kedua orang ini bekerja di perusahaan yang sama, salah satu produsen kendaraan. Selain itu Mba Dewi juga merupakan penulis yang sempat menulis ceritanya tentang Kelas Inspirasi dalam buku “Berbagi Cinta di 4 Kota”. Keren bukunya.
  20. Mas Imran, asal Palembang yang kerja di Bali, aktif juga dalam kegiatan relawan bencana. Mas Imran ini juga totalitas naik motor dari Bali ke Lombok demi Kelas Inspirasi Lombok.
  21. Mba Itha, maaf ga ada di kolase ini ternyata. Seorang apoteker yang bertugas di Puskesmas Sekotong, tapi tinggal di Mataram. Kebayang kan jauhnya, tetapi tetap ditempuh setiap hari demi memberikan pelayanan terbaik ke masyarakat
  22. Mas Eka Surya, ini ga ada juga di kolase. Fasilitator, sama seperti Mas Ajie dan Mas Subhan. Bekerja di bidang travel, dan menawarkan layanan Lombok Hidden Trip, cek aja instagram @lombokhiddentrip

 

Berkumpul dengan orang-orang keren tersebut, membuat saya sedikit menciut. Masih kroco, ga ada apa-apanya. Kami yang tidak kenal sebelumnya, akhirnya berkumpul dan tertawa bersama. Tidak dipungkiri, kebersamaan menjelang Hari Inspirasi, yang membuat kami menjadi lebih dekat dan kompak. Mulai dari nyebrang bareng sampai tidur bareng di homestay yang sama.

Keseruan Tralala Troops mengajar, dapat dilihat di video buatan Mas Ajie ini ya.

Tim Petugas  Upacara “Bergincu Merah”.

Hari Inspirasi yang kebetulan Hari Senin, membuat kami harus mengikuti upacara bendera. Kali ini relawan diperkenankan untuk menjadi petugas upacara. Relawan yang akan bertugas sudah disusun beberapa hari sebelumnya via grup WhatsApp. Agar lebih menjiwai sebagai petugas upacara, relawan yang kebagian tugas harus menggunakan baju hitam putih dengan gincu atau syal merah, plus peci hitam buat yang cowok. Totalitas donk.

IMG-20160328-WA0001.jpg
Petugas Upacara Bergincu Merah

Di Minggu sore, setelah beberapa relawan termasuk saya selesai snorkeling, kami pun mulai berlatih menjadi petugas upacara. Saya yang mengajukan diri sebagai petugas pembaca UUD pun sebenarnya deg-degan pas latihan. Yang paling krusial pas latihan, tetep pas pengibaran bendera merah putih. Tiga petugas pengibar bendera tetap dari siswa, tetapi didampingi pasukan relawan. Tetep yang sulit latihan barisnya biar rapi. Di sela-sela latihan, kami masih sering tertawa kalau misalkan ada yang kurang atau salah. Maklum kan sudah lama tidak menjadi petugas upacara. Jadinya, sewaktu latihan ada beberapa guru yang nyeletuk kalau kami ga fokus. Hehehehe.

Tapi pada akhirnya, upacara lancar, sukses, tanpa ada masalah berarti, meskipun ada salah satu siswa yang menjadi pengibar bendera sempat pingsan. Untung pingsannya setelah pengibaran bendera. Alhamdulillah

 

Ironi Pendidikan di Balik Tenarnya Nama Gili Trawangan

Siapa sih yang ga kenal dengan Gili Trawangan? Sebuah pulau kecil di Lombok Utara yang terkenal dengan keindahan pantainya. Layaknya Ubud yang surga turis mancanegara, Gili Trawangan juga menjadi destinasi unggulan wisata di Lombok. Fasilitas diving course yang banyak ditawarkan di Gili Trawangan ini, membuat beberapa turis mancanegara menghabiskan waktu berminggu-minggu dan berbulan-bulan di pulau kecil nan indah ini.

Pendapatan Asli Daerah yang masuk di pulau kecil ini per harinya bisa mencapai 2,2 milyar rupiah. Bagaimana dengan kondisi pendidikannya? Di tengah Gili Trawangan, terdapat satu kompleks sekolah berisi SD, SMP dan SMK Pariwisata. Sekolah Dasar ini pertama kali didirikan sekitar 25 tahun lalu oleh Pak Muhidin (yang sekarang menjadi kepala sekolah SD-SMP) bersama timnya. Kemudian dilanjutkan dengan pendirian SMP, dan baru-baru ini didirikan SMK Pariwisata, untuk mengimbangi perkembangan wisata di Gili Trawangan.

Sebagian besar orang tua siswa adalah pekerja wisata di kawasan Gili Trawangan. Ada yang asli Lombok/Gili Trawangan, ada yang asli Makassar, bahkan ada yang keturunan bule. Jadi jangan heran kalau melihat ada beberapa siswa yang sedikit lebih kinclong dibandingkan yang lain. #eeeeehhhhh

Di bulan-bulan tertentu, bahkan SDN Gili Indah 2 ini menerima penitipan siswa sementara yaitu anak dari turis mancanegara yang tinggal berbulan-bulan di Gili Trawangan. Biasanya berkisar antara 1-3 bulan. Siswa sementara ini juga seperti siswa yang lain, akan menggunakan seragam sekolah yang sama. Kalau liburan orang tuanya sudah selesai dan kembali ke negara asal, mereka akan keluar dari sekolah.

Berada di tengah lokasi wisata yang bertaraf internasional, pasti ada kelebihan dan kelemahan. Sering berinteraksi dengan para turis, membuat siswa cenderung lebih berani berbahasa Inggris secara aktif. Kesempatan ini dimanfaatkan oleh guru SDN Gili Indah 2 untuk membuat sebuah buku tentang English for Tourism. Menurut info dari sekolah, buku ini sudah digunakan sebagai pedoman di salah satu perguruan tinggi di NTB.

Gili Trawangan yang masih hidup sampai tengah malam, dengan berbagai pengaruh luar yang cukup luar biasa menjadi tantangan bagi guru dan orang tua siswa. Untuk menjaga norma kesopanan, di dalam kampung di kawasan Gili Trawangan, turis dilarang menggunakan bikini. Peraturan saja dirasa memang tidak cukup, dukungan dan perlindungan orang tua menjadi salah satu tameng penting dalam perkembangan anak di Gili Trawangan. Dengan kondisi pekerjaan orang tua sebagai pekerja wisata, sebagian siswa memang kurang mendapatkan perhatian dan penjagaan yang lebih dari orang tua. Tidak jarang di beberapa kelas kami mendapatkan siswa yang bermasalah, siswa yang cengeng (mungkin bahasa kekiniannya baper :p) dan ada juga siswa yang bertengkar hanya karena masalah hutang 10 ribu rupiah.

 

Candu itu Bernama Kelas Inspirasi

Mengajar di Gili Trawangan ini cukup menguras energi saya, apalagi ketika berhadapan dengan kelas 1 SD. Selalu deh lemah kalau udah ketemu anak kelas 1. Masih perlu banyak belajar sabar buat menghadapi siswa kelas 1 ini. Sekalian belajar sabar kalau nanti ngurusi anak ya, Nes..

Selesai mengajar, sambil menunggu siswa menuliskan cita-citanya di spanduk, saya sempat merasa begitu lelah. Sembilan kali mengajar di Kelas Inspirasi (cuma 5 kota sih, tapi Magetannya ngajar 5 kali. Hahahaha), Kelas Inspirasi Lombok ini memang paling terjauh, paling berkesan dan paling menguras emosi. Ada rasa menyerah, ada rasa ragu. Apakah yang sebenarnya saya cari, benar-benar berbagi atau hanya sekedar eksistensi.

Setelah mendengar penutup dari kepala sekolah yang sudah rela membangun pendidikan Gili Trawangan selama 25 tahun, membuat saya tersadar bahwa lelah saya 2 tahun ini di Kelas Inspirasi belum ada apa-apanya, dibandingkan lelah Pak Muhidin. Kelas Inspirasi ini hanya langkah awal turun tangan, untuk pendidikan di Indonesia. Teringat pembicaraan berat dengan teman-teman sewaktu di homestay tentang Kelas Inspirasi. Yang terpenting dari Kelas Inspirasi sebenarnya adalah kelanjutan dari mengajar sehari itu sendiri, baik untuk siswa, sekolah maupun pendidikan secara umumnya.

Kelas Inspirasi memang seperti candu, membuat lagi dan lagi. Tapi saya mulai berpikir bagaimana agar candu ini bisa lebih memberi arti dan kontribusi. Hahahaha, apalah ini.

 

Ditulis di perjalanan kereta menuju kampung halaman, dilanjutkan ketika menunggu Ibunda pertemuan guru, sambil kangen sama Kelas Inspirasi Magetan dan semangat kami memberikan yang terbaik untuk kota kecil kami ini.

Aku RINDU…

Advertisement

6 responses to “Terinspirasi di Balik Ramainya Gili Trawangan”

  1. […] Kelas Inspirasi Lombok, 28 Maret 2016 (cerita lengkap di Kelas Inspirasi Lombok – SDN Gili Indah, Gili Trawangan ) […]

  2. […] Di KI Lombok 4 ini kebetulan dapat lokasi di SDN 2 Sembalun Lawang. Kalau dilihat sebenarnya masih kota dibandingkan dengan beberapa daerah yang lain, seperti Bilok Petung. Yang istimewa di sini, sebagian relawan di SDN 2 Sembalun Lawang merupakan anggota Tralala Troops, relawan yang pernah ikut di KI Lombok 3 di Gili Trawangan (baca : Terinspirasi di Balik Ramainya Gili Trawangan). […]

  3. […] Di KI Lombok 4 ini kebetulan dapat lokasi di SDN 2 Sembalun Lawang. Kalau dilihat sebenarnya masih kota dibandingkan dengan beberapa daerah yang lain, seperti Bilok Petung. Yang istimewa di sini, sebagian relawan di SDN 2 Sembalun Lawang merupakan anggota Tralala Troops, relawan yang pernah ikut di KI Lombok 3 di Gili Trawangan (baca : Terinspirasi di Balik Ramainya Gili Trawangan). […]

  4. […] Lombok 3. Perjalanan ini sempat sedikit ditulis di (Nuansa Komersil di Wisata Desa Adat Sade) dan (Terinspirasi di Balik Ramainya Gili Trawangan). Pas 2016 akhir – 2-17 awal kebetulan dapat project riset di sana, lumayan dalam 4 bulan, ke […]

  5. […] Baca juga : Terinspirasi di Balik Ramainya Gili Trawangan […]

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

Blog at WordPress.com.

%d bloggers like this: