Sudah cukup quote “Jangan rindu. Berat. Kamu tidak akan kuat” menjadi meme di berbagai media sosial. Kalian juga pasti sudah bosan dan eneg seperti bosan dengan quote “Nikahi Aku, Fahri” (Mintanya dinikahi yang lain sih. Tapi kalau ngeliat Fedi Nuril tetep meleleh. Yang dewasa kadang lebih mempesona. Kadang lho ya, ga semua). Sudah banyak juga review tentang Panglima Tempur brondong ini bertebaran, jadi aku sekedar menceritakan yang menarik dari Dilan 1990 versi Neser.
Sebelum lanjut, intip dulu official poster Dilan 1990.

Iqbaal Dhiafakhri Ramadhan yang lebih dikenal dengan Iqbal CJR, sempat diragukan banyak orang ketika pertama kali diumumkan menjadi pemeran Dilan. Namun, ternyata Iqbaal membuktikan perannya yang cukup keren sebagai cowok anak geng motor yang pintar nggombal. Sayangnya kamu masih brondong, Dik. Aku pun juga sudah kenyang bahkan mau muntah-muntah saking seringnya digombalin. Jadi Dilan, gombalanmu ga mempan buat Mbak. Mbak ga baper sama sekali, tapi ketawa ngakak hampir misuh-misuh setiap kamu gombal.
Vanessa Prescilla, yang berperan sebagai Milea Adnan Husain, cewek cantik yang dikejar-kejar Dilan dengan cara uniknya. Milea yang akrab disapa Lia aktingnya juga bagus, kadang mirip sama akting kakaknya pas AADC 1 yang berperan sebagai Milly, yaitu Sissy Priscillia.
Lalu apa yang bikin nostalgia dengan nuansa percintaan tahun 1990?
Meskipun lahir 1 tahun sebelum 1990 dan menikmati remaja di pertengahan tahun 2000an, tapi lumayan mirip lah nuansanya. Apalagi kalau dibandingkan dengan relationship zaman now!
Agak spoiler alert ya. Tapi kalau yang udah baca bukunya, dijamin secara plot ga beda jauh. Yang penting, pinter jaga ekspektasi aja, jangan ketinggian. Berharap terlalu tinggi tidak baik, Dik.
Tahun 1990, belum ada teknologi bernama smartphone dan social media masuk ke kehidupan kita. Untuk mengontak Milea saja, Dilan harus ke telepon umum koin dan menelepon ke nomor telepon rumah Milea.
Masalah bisa terjadi kalau saat itu, Dilan lagi bokek, ga punya uang koin. Bagaimana cara Dilan menuntaskan rindunya, yang katanya berat?
Belum lagi kalau yang angkat bukan Milea. Kalau yang angkat masih simbok asisten mungkin masih agak aman. Kalau Bapak Milea yang tiba-tiba galak yang angkat? Kelar hidup lo, Dilan!
Bandingkan sama sekarang, mau menuntaskan rindu saja gampang. Jarak mah apa itu atuh. Kalau ada pepatah bilang “Distance is nothing when someone means everything”. Rindu tinggal ngechat aja. Kurang puas karena ga bisa denger suara? Ya udah telepon aja, ada pulsa kan? Kalau kurang puas juga karena rindunya sudah terlalu berat, pingin liat wajahnya, video call aja, Dik. Masih berat juga rindunya? Buka aplikasi pesan tiket online, udah tinggal pesen tiket kereta atau pesawat. Ga punya uang? Deritamu, Dik.
Kalau Milea galau nunggu telepon dari Dilan, generasi zaman now galau karena chat-nya centang biru, orangnya online tapi ga dibales. Syukur-syukur ada centang biru, ada yang centang dua tanpa warna biar ga ketauan uda dibaca apa belum. Atau udah bikin caption di Instagram ala kutipannya Pidi Baiq, Fiersa Besari, dengan foto instagramable yang ga nyambung sama caption-nya, tapi ga di-like sama dia-nya. Sungguh lebih rumit.
Jadi, lebih berat mana Dik? Tahun 1990 apa sekarang? Masih kuat menahan rindu?
Lima hari tayang, Dilan sudah mengajak lebih dari 1.600.000 penonton belajar menggombal tentang beratnya rindu.
Kita tunggu apakah akan dilanjutkan ke Dilan 1991 dan versi “Milea, Suara dari Dilan”. Nah yang versi buku “Milea, Suara dari Dilan” menurutmu adalah versi terbaper, karena mengajarkan tentang pentingnya berani mengakui dan berani bertanya, daripada menyesal dengan asumsi-asumsi yang belum tentu benar adanya.
Selamat ter-Dilan semuanya, aku ter-kamu saja Mas. 🙂
Leave a Reply