Menjadi Ibu, Menjadi Manager yang Multitasking (Review Film “Bunda : Kisah Cinta 2 Kodi”)

Setelah dibuat tertawa dengan film Dilan 1990 dengan gombalannya, aku coba nonton film berjudul “Bunda : Kisah Cinta 2 Kodi”. Dibandingkan film Dilan 1990, film ini jauh lebih realistis dan cukup membuatku sembap ketika keluar bioskop.  Pemanasan biar pada ikutan sembap, coba lihat dulu sekilas trailer-nya.

poster-2-kodi
Enter a caption

Film ini diangkat dari novel berjudul “Cinta Dua Kodi” yang ditulis oleh Asma Nadia. Film ini mengambil teman tentang perjuangan bisnis seorang pengusaha wanita di bidang pakaian muslim anak. Tidak hanya tentang bisnis, perjuangan seorang istri dan ibu pun juga digambarkan dengan cerita yang bikin sedih.

Karakter Bunda Tika, diperankan oleh Acha Septriasa. Sedangkan sang Ayah Farid diperankan oleh Ario Bayu. Tika awalnya yang bekerja di salah satu majalah fashion bertemu dengan Farid yang seorang geolog di KRL. Singkat cerita mereka pun menikah dan sudah punya 1 anak. Namun, masalah ternyata baru dimulai, Ibu Farid yang dari awal tidak menyetujui pernikahan Tika dan Farid pun sakit keras dan meminta Farid menikah lagi dengan perempuannya. Farid bimbang, Farid bingung harus bagaimana. Tika yang tegas pada saat itu memberi Farid pilihan, pilih Tika atau pergi dari rumah. Farid terlalu sayang dengan Ibunya, dan akhirnya memilih pergi setelah diusir Tika yang saat itu sedang hamil anak kedua.

Tika pun bekerja sendirian dan melahirkan anaknya tanpa ditemani Farid. Daaaannnn, Faridpun dengan santainya kembali ke keluarga mereka. Ini sebenarnya nyebelin banget ya. Sejenis mantan yang memilih pergi, dan tiba-tiba chat dan minta balikan.

Masalah baru dimulai ketika anak-anak mereka sudah mulai sekolah. Pekerjaan Farid yang berbasis project pun ditipu oleh investor. Farid pengangguran dan menanggung hutang ke beberapa pegawainya. Setelah merelakan tabungan pendidikan anaknya, Tika pun mempunyai ide untuk mengembangkan bisnis pakaian muslim anak.

Selanjutnya bagaimana? Bisnis mah pasti ada naik turunnya. Detailnya nonton sendiri aja, semoga masih ada. Aku lebih mau cerita tentang bagaimana peran seorang Ibu tuh penting banget di sini, sebagai seorang manager, yang mengatur semua hal dalam rumah tangga. Yang kadang memang tidak semuanya ideal. Aku sendiri tidak ingin ngejudge tentang wanita karier vs ibu rumah tangga dan lain sebagainya. Tapi yuk sebagai wanita kita coba melihat diri kita, introspeksi diri dan mengembangkan diri lebih baik sebagai manager yang multi tasking. Nah, sebagai manager, seorang wanita perlu belajar manajemen apa sih? Kalau aku ambil dari film ini, ada dua dari beberapa keterampilan manajemen yang harus dimiliki seorang wanita.

Manajemen Keuangan

Setelah terbelit hutang pegawai, tabungan pendidikan anak pun terpaksa dikorbankan untuk membayar hutang tersebut. Bagaimana kalau Tika ternyata tidak menyimpan penghasilan mereka berdua untuk tabungan anak? Di sini nih manajemen keuangan perlu dimiliki banget oleh seorang wanita.

Tidak hanya tentang keterampilan membelanjakan uang, tetapi juga keterampilan mengatur tujuan keuangan, termasuk di dalamnya ada dana darurat. Pasangan Tika dan Farid ini sepertinya belum mempunyai dana darurat, yang harus dipisahkan dengan tabungan pendidikan ataupun tabungan pensiun. Dana darurat ini kan harapannya bisa jadi talangan sementara kalau ada yang kehilangan pekerjaan. Dengan adanya dana darurat kan dana pendidikan anak akan tetap aman.

Manajemen Waktu

Sebagai perempuan yang bekerja sebagai karyawan, Bunda Tika mencoba membagi waktunya dengan baik. Kalau kerja ya kerja, kalau di rumah yang urusannya dengan anak. Pekerjaan jangan sampai terlalu terbawa ke rumah sehingga mengabaikan kebutuhan anak untuk berkomunikasi dan menjalin kedekatan batin dengan orang tuanya.

Manajemen Emosi

Ini nih yang lumayan susah. Tika yang digambarkan sebagai sosok wanita yang keras dengan ego tinggi mulai kesusahan melakukan manajemen emosi. Kesibukannya mengelola bisnis yang membuatnya lelah, membuatnya berkali-kali mengabaikan anaknya dan memarahi anaknya karena hal yang kecil. Anak bukan pelampiasan.

Tika juga masih menyimpan kekecewaan kepada suaminya yang meninggalkannya di saat hamil, suaminya yang memberinya hutang, sehingga sedikit masalah muncul, masalah yang lalu pun terungkit-ungkit. Jadi pelajaran banget nih, untuk benar-benar memaafkan dengan tulus, untuk merelakan semua yang terjadi tanpa sisa, tanpa beban.

Menonton film ini membuatku sadar untuk lebih realistis dalam hidup. Pernikahan bukan cuma sekedar legalitas hubungan badan, bukan hanya sekedar biar ga sepi, bukan hanya biar bisa pamer di media sosial. Pernikahan itu berarti perjalanan panjang, tidak selalu mulus, bisa saja berliku penuh debu, kerikil atau batu. Mumpung masih ada waktu, ilmu manajemen yang multitasking-nya kudu ditambahin nih.

By the wayoutfit hijab yang dipakai Acha keren-keren banget. Apalagi yang pas terakhir pakai baju nuansa gold, dengan jilbab merah dan lipstick merah. Sumpah cantik banget

Advertisement

One response to “Menjadi Ibu, Menjadi Manager yang Multitasking (Review Film “Bunda : Kisah Cinta 2 Kodi”)”

  1. […] Baca Juga : Menjadi Ibu, Menjadi Manager yang Multitasking (Review Film “Bunda : Kisah Cinta 2… […]

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

Blog at WordPress.com.

%d bloggers like this: