Sengaja sih sebenarnya bikin judul yang agak nyeleneh. Baiklah, sebenarnya tulisan ini sudah ingin dibuat tidak lama setelah baca buku Ayat-ayat Cinta 2. Nah, kebetulan minggu ini ada berita mengejutkan tentang menikahnya si Fahri alias Fedi Nuril pada tanggal 17 Januari 2016 nanti, kayaknya waktu yang tepat nih buat review sedikit novel fenomenal karya Kang Abik ini. Ga penting ya alasannya? Baiklah
Novel Ayat-ayat Cinta 2 masih merupakan kelanjutan novel Ayat-ayat Cinta yang fenomenal di tahun 2004. Novel yang berisikan kurang lebih 418 halaman ini, sukses mencapai cetakan sebanyak 160 ribu eksemplar hanya dalam waktu tiga tahun. Pada tahun 2008, buku ini difilmkan dan berhasil meraup jumlah penonton sebesar 3.581.847 penonton. Berada pada urutan kedua box office Indonesia tahun 2008 setelah film Laskar Pelangi (Sumber : filmindonesia.or.id).

Novel Ayat-ayat Cinta 2 ini sebelumnya juga sempat dibuat cerita bersambung di koran Republika. Saya sempat mencoba download beberapa gambar cerita bersambung ini, tapi ga kuat bacanya kalau kepotong-potong. Jadi, saya tunggu bukunya saja. Dan seperti biasanya, coba ikutan pre order dan dapat buku Ayat-ayat Cinta 2 plus tanda tangan Kang Abik bonus buku Ayat-ayat Cinta 1.

Kisah di Ayat-ayat Cinta ditutup dengan meninggalnya Maryam dan Aisha yang sedang mengandung. Tapi, ternyata kisah cinta Fahri dan Aisha tidak sesempurna bayangan saya. Kandungan Aisha sempat keguguran. Bahkan pasangan ini pun terpisahkan. Aisha hilang ketika bertugas ke Palestina dan tidak ada kabar sampai dua tahun lebih. Kisah Fahri dan Aisha memang masih dibahas di novel ini, tapi lebih banyak ke sedihnya sih. Lebih banyak cerita galaunya. Fahri pun sempat dijodohkan dengan beberapa wanita. Tapi Fahrinya ga mudah move on. Mau tau gimana akhir kisah cinta Fahri? Baca novelnya ya.
Yang cukup berbeda dibandingkan Ayat-ayat Cinta 1, latar tempat dalam novel Ayat-ayat Cinta 2 ini bukanlah di Mesir lagi, tetapi di Eropa. Lebih tepatnya di kota Edinburgh, kota terbesar kedua di Skotlandia. Dikisahkan setelah lulus kuliahnya, Fahri dan Aisha menetap di Eropa. Awalnya memang bukan di Edinburgh, tetapi karena ada beberapa peristiwa, akhirnya Fahri menetap di Edinburgh. Kok cuma Fahri? Yaps, Aishanya kan hilang. Kang Abik cukup detail menceritakan bagaimana Edinburgh dalam novel ini. Sebagai penulis, Kang Abik juga menyempatkan untuk beberapa waktu menginap di kota ini untuk bisa lebih mendapatkan feel di dalam novelnya.
Di Eropa Barat, Fahri berjuang untuk tetap menegakkan Islam di negara yang minoritas Islam ini. Fahri masih tetap mempesona, bahkan jauh lebih mempesona. Bukan karena cakepnya sih, kan ga diperlihatkan di wajahnya di novel ini. Fahri memang almost perfect ya, sedang mengikuti program post doctoral dan sekaligus membantu mengajar di University of Edinburgh. Fahri juga memiliki beberapa bisnis yang dijalankannya tidak hanya di Edinburgh tetapi di beberapa kota lain di Eropa. Di luar kesibukannya menulis, mengajar dan berbisnis, Fahri masih istiqomah dengan ibadahnya. Subhanallah, itu yang bikin meleleh dan sekaligus minder dengan ibadah saya yang sekarang masih ecek-ecek. Selesai mengerjakan risetnya, Fahri masih sempat menegakkan sholat malam. Sholat wajib berjamaahnya pun tidak pernah ketinggalan. Bahkan Fahri dan sopirnya (Paman Hulusi) setiap pagi pergi sholat berjamaah naik mobil ke masjid terdekat. Bayangkan saja masjid terdekat versi negara minoritas muslim seperti apa. Mungkin malah banyak dari kita yang masih malas-malasan bangun Subuh dan pergi ke masjid atau mushola yang hanya tinggal jalan kaki. Di sela-sela kesibukannya, di mobil Fahri masih sempat berdzikir maupun muraja’ah hafalan Al Qur’annya.
Tidak hanya hablu minallah, Fahri juga berusaha menjaga hablu minannas-nya. Hubungan antar sesama juga yang menjadi sesuatu yang memberi saya banyak pelajaran di novel ini. Tinggal di negara Eropa, tentu Fahri banyak berhubungan dengan orang non muslim. Fahri mempunyai tetangga dengan berbagai latar belakang. Ada kakak beradik Keira dan Jason yang sangat membenci Islam karena ayahnya meninggal pada saat peristiwa Bom London, ada nenek Catarina yang seorang Yahudi yang taat sembahyang ke Sinagog dan ada Brenda yang suka mabuk-mabukan. Tanpa membeda-bedakan, Fahri bersikap baik dan selalu menolong tetangga-tetangganya tersebut. Fahri pun tidak memaksakan agama Islam kepada tetangganya, namun memang pada akhirnya salah satu tetangganya, Jason pun tertarik masuk agama Islam. Pertolongan yang diberikan Fahri kepada tetangganya pun tidak setengah-tengah, malah bisa dibilang berlebihan. Namun Fahri tetap berpedoman pada prinsip sedekah. Keira dan Jason yang membencinya malah diberi kursus biola dan sepakbola gratis. Nenek Catarina yang punya anak tiri seorang Yahudi, malah dibelikan rumah. Kebayang kan betapa kayanya si Fahri pada saat itu. Diceritakan pula ada wanita pengemis buruk rupa yang Fahri temukan di pinggir jalan yang diajaknya tinggal di rumah bahkan dibantu mencari pekerjaan.
Kang Abik juga menyelipkan pesan dakwah di dalam novel ini, selain masalah sedekah dan hablu minannas. Dalam satu bab di buku ini akan diceritakan tentang debat terbuka antara Fahri dengan profesor atheis dan rabi Yahudi. Debat ini memang terasa berat, membahas tentang apa jadinya dunia tanpa agama dan kedudukan Islam di mata Yahudi dan sebaliknya. Fahri pun bisa mematahkan penjelasan profesor atheis tentang agama dan bisa memberikan penjelasan tentang Islam sebagai rahmatan lil ‘alamin. Pendapat Yahudi sebagai Bani Israil yang merupakan bangsak pilihan, yang menganggap muslim sebagai amalek (kaum yang paling rendah yang harus ditumpas) pun juga bisa dipatahkan oleh Fahri dengan dalil-dalil kuat yang diambilnya dari Al Quran.
Ada satu yang kurang dari novel Ayat-ayat Cinta 2 ini, saya bisa menebak ending ceritanya ketika sudah mencapai ¾ bagian novel dengan petunjuk-petunjuk yang sudah ada. Sepertinya Kang Abik perlu membuat buku ini lebih sedikit tidak bisa ditebak. Tapi, secara keseluruhan, Ayat-ayat Cinta 2 termasuk novel yang recommended untuk dibaca. Banyak tambahan ilmu dan semangat positif yang bisa kita dapatkan dari novel ini.
Leave a Reply