Bulan Februari ini kayaknya lumayan banyak film Indonesia yang rilis, salah satunya film “Talak 3” ini. Setelah sukses di Yogyakarta dengan film “Surga Yang Tak Dirindukan”, Laudya Cynthia Bella pun ternyata belum bisa move on dari Yogyakarta. Di film “Talak 3” ini Bella beradu akting dengan Vino Bastian dan Reza Rahadian. Sebelum lanjut, lihat trailernya dulu deh.
Di film ini, Bella dan Vino berperan sebagai mantan sepasang suami istri bernama Risa dan Bagas. Setelah bercerai karena Bagas diduga selingkuh dengan penyanyi dangdut, Risa dan Bagas terbelit masalah dengan debt collector karena belum melunasi tagihan rumahnya. Mantan pasangan suami istri ini pun mendapatkan tawaran untuk menyelenggarakan sebuah project wedding expo yang pernah mereka tawarkan proposalnya beberapa tahun lalu sewaktu mereka masih menjadi suami istri.

Untuk mendapatkan project tersebut mereka harus kembali menjadi pasangan suami istri. Di tengah persiapan project pun ternyata benih-benih cinta kembali bersemi, dan mereka ingin kembali rujuk. Sayangnya, sewaktu proses perceraian, Bagas sudah terlanjur mengucapkan talak 3 kepada Risa. Untuk rujuk, disyaratkan Risa harus menikah dulu dengan lelaki lain dan kemudian bercerai. Berbagai cara mereka lakukan agar dapat menikah lagi, termasuk mengakali pegawai KUA dan juga meminta sahabat mereka, Bimo (Reza Rahadian), untuk menikahi Risa dan kemudian menceraikannya. Dramanya mulai di sini nih, usut punya usut, ternyata Bimo menyukai Risa sejak SMP. Penasaran? Nonton sendiri aja deh.
Dengan genre drama komedi, film “Talak 3” ini cukup membuat saya tertawa di beberapa adegan, meskipun banyak pula adegan yang bikin terharu dan bahkan baper (#eeeaaaa). Kehadiran stand up comedian, Dodit Mulyanto yang berperan menjadi pegawai KUA yang polos dan jujur membuat saya terpingkal-pingkal karena kepolosan dan keluguannya.
Tidak hanya dihibur dengan komedi dan dibuat baper dengan dramanya, film ini juga memberikan beberapa sindiran terkait proses perkawinan. Misalnya saja, di film ini diceritakan bagaimana pegawai KUA yang bisa disuap untuk mengabulkan keinginan dari calon mempelai. Dodit yang berperan sebagai pegawai KUA bernama Basuki yang jujur pun menjadi “musuh” para pegawai KUA yang “nakal”. Memang sih Basuki ini sampai memasang CCTV dan membawa recorder untuk merekam setiap tindakan pegawai KUA. Sampai-sampai di lingkungan KUA tersebut, Basuki sudah berpuluh-puluh kali dimutasi.
Sindiran juga berlaku buat pasangan suami istri yang sedang bertengkar dan emosi. Kata “talak 3” bukanlah kata yang bisa sembarangan diucapkan. Sekali seorang suami mengucapkan “talak 3”, kecil kemungkinannya untuk rujuk kembali dengan istrinya. Rujuk diperbolehkan jika sang istri harus menikah lagi dan harus sudah berhubungan suami istri dengan suami barunya tersebut. Kalau pernikahan dengan suami baru itu diniatkan ingin bercerai agar bisa kembali ke suami sebelumnya, setahu saya hukumnya haram dalam Islam. Naudzubillahi min dzalik.
Pernikahan bukan hal yang main-main. (#eeeaaa baper kumat). Satu kalimat yang menohok sempat diucapkan Risa di salah satu adegan pertengkarannya dengan Bagas.
“Kita hanya saling memperalat” – Risa –
Well, pernikahan memang bukan hanya tentang perasaan ingin bersama, bukan hanya tentang pekerjaan, tetapi juga tentang kenyamanan. Pernikahan adalah menyatukan dua ego, sehingga saling ikhlas dan saling rela menjalankan perannya dalam keluarga. Kalau salah satu terlalu egois, hanya akan menyakiti pasangannya. Hmmmm…
Di film ini, saya kembali menemukan cerita tentang manutnya wanita Jawa. Di sini Risa diceritakan sudah yatim piatu dan tinggal dengan Budhe-nya. Budhe Risa ini sudah janda karena bercerai dengan suaminya. Ketika Risa galau apakah lanjut rujuk atau tidak, Budhe bercerita tentang pernikahannya dengan suaminya dulu. Budhe sangat mencintai suaminya, bahkan rela bekerja demi menghidupi suaminya. Suami Budhe masih sehat, tetapi suka bermain judi. Hasil kerja Budhe diberikan kepada suaminya untuk bejudi saking cintanya. Kemudian Budhe sadar bahwa untuk mencintai suaminya, Budhe harus mengajari suaminya untuk mandiri. Satu-satunya cara untuk mengajari suaminya mandiri adalah dengan bercerai dan berhenti memberinya uang. Beberapa tahun setelah bercerai, suaminya menikah lagi dan bisa menafkahi keluarganya yang sekarang dengan bekerja. Buat Budhe itu sudah cukup. Hiksss, sedih pas adegan Budhe cerita ini.
Ada pesan tersirat tentang financial planning dalam film “Talak 3” ini. Setelah bercerai diceritakan keadaan ekonomi Risa dan Bagas morat-marit. Salah satunya cicilan rumah yang saat itu ditempati Bagas. Ketika bertengkar, Risa sempat menyebutkan gaji mereka masing-masing senilai Rp 10,000,000 sehingga totalnya Rp 20,000,000. Sedangkan cicilan rumah mereka senilai Rp 12,000,000. Kalau dibuat persentase, cicilan mereka senilai 60% dari total penghasilan. Padahal kan di financial planning disyaratkan, persentase utang maksimal 30% dari total penghasilan.
Eniwei, film “Talak 3” yang mengambil lokasi di Yogyakarta ini cukup membuat saya tiba-tiba kangen Yogya. Suasananya, gumuk pasirnya dan juga makanannya. Di film ini ada satu makanan yang digunakan Bimo untuk mengambil hati Budhe, yaitu jadah tempe. Awalnya saya kira ini seperti jadah ditaburi parutan kelapa dan dimakan dengan tempe goreng tepung renyah, seperti yang biasanya ada di warung makan depan rumah saya di Magetan. Kamu salah lagi, Nes. Ternyata jadah tempe ini jadah yang dimakan bersama tempe goreng atau tahu goreng dimasak baceman. Parutan kelapanya sudah tercampur ke dalam jadah yang dibentuk agak lonjong gitu. Dan terlihat nyummyyy,apalagi ditempatkan di besek bambu. Setelah googling, ternyata jadah tempe ini ada di daerah Kaliurang, Sleman. Baiklah ini masuk wishlist kuliner pas ke Yogyakarta lagi!

Leave a Reply