Judul tulisan ini sedikit ter-Dilan ya. Maklum, yang nulis abis nonton film Dilan, jadi masih kebawa gitu deh. Pertama kali ke Lombok, Maret 2016 pas Kelas Inspirasi Lombok 3. Perjalanan ini sempat sedikit ditulis di (Nuansa Komersil di Wisata Desa Adat Sade) dan (Terinspirasi di Balik Ramainya Gili Trawangan). Pas 2016 akhir – 2-17 awal kebetulan dapat project riset di sana, lumayan dalam 4 bulan, ke Lombok hampir tiap bulan. Lanjut lagi ke Kelas Inspirasi Lombok 4, yang sempat direncanakan menjadi Kelas Inspirasi terakhir.
Akhir 2017, ditawarin lagi mau ikut Kelas Inspirasi Lombok atau enggak. Dan, seperti di judul “Move On”-nya berat, ga akan kuat, jadilah tergoda lagi buat ikut Kelas Inspirasi Lombok 5. Seperti biasa, perjalanan di Lombok dimulai dengan penerbangan sore/mendekati last flight dan ditutup dengan penerbangan first flight. Pokoknya tidak ingin menyia-nyiakan waktu, biar efektif dan efisien di Lombok. Berangkat Kamis sore (yang jadinya delay jadi Kamis malam) dan balik Senin pagi, langsung ke kantor dan presentasi.
Jadi, ngapain aja perjalanan hampir seminggu tersebut?
Mengenal Kuliner, Budaya dan Kehidupan Masyarakat Lombok Utara
Kelas Inspirasi Lombok 5 kali ini kebetulan mengambil tema tentang Jelajah Budaya. Lokasi KIL 5 berada di Kecamatan Kayangan dan Kecamatan Bayan, daerah yang masih lekat dengan budaya yang berada di Kabupaten Lombok Utara, yang biasa dikenal dengan sebutan KLU. Kebetulan kebagian lokasi di SDN 2 Sambik Elen, yang berada di Kecamatan Bayan, yang merupakan perbatasan dengan Desa Sajang, Kec. Sembalun, Kabupaten Lombok Timur (Nah kalau ini bisa disingkat Lotim, bukan KLT).
SDN 2 Sambik Elen ini berada di Dusun Barung Birak, Desa Sambik Elen. Perjalanan dari Kota Mataram bisa lewat daerah Senggigi menyusuri pantai atau daerah Pusuk yang naik turun berliku yang berlanjut ke daerah Tanjung sampai akhirnya sampai di Sambik Elen. Sepanjang perjalanan dari Tanjung ke Sambik Elen pun akan tetap ditemani keindahan pantai. Tidak lupa kami mampir ke warung sate ikan yang berada di sekitaran pantai daerah Selengan. Sate ikan per porsi isi 10 tusuk dibandrol harga Rp 20.000. Pepes kepala ikannya pun tidak kalah juara, Rp 20.000 sudah dapat 10 bungkus.

Sesampainya di lokasi penginapan, yaitu di rumah Bapak Kepala Dusun, kami pun diajak jalan-jalan keliling dusun. Kami pun disambut 2 ekor sapi di pinggir jalan. Kami pun ditunjukkan dengan salah satu bangunan kuno, yaitu masjid kuno yang bernama Masjid Salihan Bayan. Masjid ini dibangun pada abad ke-16. Info dari Pak Kadus, memang masih ada sedikit kontroversi dari Masjid Salihan Bayan di Sambik Elen ini dan Masjid Bayan Beleq yang berada di Desa Bayan, mana yang merupakan masjid kuno tertua di Lombok. Masjid kuno ini hanya digunakan untuk kegiatan tertentu seperti di bulan Ramadhan dan Maulid. Maulid di daerah ini lebih ramai dibandingkan hari besar Islam yang lain.

Di sekitar Masjid Kuno Salihan Bayan ini, juga terdapat beberapa rumah adat dengan bentuk mirip yang menjadi tempat tinggal dari pembekel (ketua adat) dan penghulu (kiai). Bangunannya masih kokoh berdiri, tapi memang tidak ditempati lagi.

Sepanjang jalan-jalan aku tertarik dengan bentuk kamar mandi milik penduduk yang menurut aku mirip. Kamar mandi berada di luar, bentuk yang sama, bahkan di beberapa rumah ukurannya sama. Setelah aku tanyakan ke Pak Kadus, ternyata di desa tersebut memang mendapatkan bantuan untuk pembangunan sanitasi, berupa MCK dan septic tank komunal. Di ujung dusun terdapat sebuah kotak besar berwarna biru yang bertuliskan SLBM (Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat) 2016. Di depan beberapa rumah penduduk masih terdapat beberapa material bangunan sebagai kelanjutan program tersebut bagi penduduk yang belum mempunyai sanitasi yang layak.


Malamnya, sebagian besar dari kami pun tidur di berugak, sejenis gazebo yang berada di depan rumah penduduk. Untuk tidur malam, penduduk tetap menggunakan kamar yang ada di dalam rumah. Berugak sekedar digunakan untuk bersantai, ngobrol, nongkrong. Beberapa penduduk juga menggunakan bagian atas berugak untuk menyimpan beberapa perkakas dapur. Di berugak itu pula kami tidur malam dan berkoordinasi sebentar untuk mempersiapkan pelaksanaan hari H Kelas Inspirasi. Ini nih kehebohan pas malam-malam di berugak, di Teaser Videonya SDN 2 Sambik Elen, yang dibuat oleh videografer kami.

Menikmati Senyum Manis Siswa SD Negeri 2 Sambik Elen
Hari Inspirasi pun dimulai, dan aku takjub bertemu siswa-siswa yang amat sangat bersemangat. Tidak takut menyambut orang-orang yang baru dikenal. Ketika kami memasuki area sekolah, merekapun berlarian menyalami kami. Ketika aku sempat melihat sampah dan memungutnya, mereka pun membawakan tempat sampah kepadaku.

Ketika aku mengajar di depan mereka, mereka pun sangat antusias dan aktif. Waktu aku minta beberapa dari mereka untuk maju ke depan kelas, mereka pun tidak malu-malu. Di balik kekurangan yang mereka miliki dalam hal pakaian, melihat senyum manis mereka amat sangat menenangkan. Para relawan jadi kepingin ikutan senyum juga kan jadinya.

Mengunjungi Laskar Asahan yang Usil
Hari Minggunya, melanjutkan perjalanan untuk bertemu dengan siswa-siswa di Gili Asahan. Gili Asahan adalah sebuah pulau kecil yang berada di kawasan Lombok Barat, tepatnya di Kecamatan Sekotong. Untuk mencapai Gili Asahan dibutuh waktu perjalanan darat kurang lebih 1,5 jam dan menyeberang kurang lebih 15-20 menit.
Setelah menembus mendung dan hujan dari kota Mataram, akhirnya kami pun selamat sampai di Gili Asahan. Segera setelah beristirahat sejenak kami mengunjungi sekolah yang berada di tengah dusun. Siswa di Gili Asahan hanya berjumlah belasan, mirip dengan cerita di Laskar Pelangi. Itu juga yang membuat mereka kami panggil dengan Laskar Gili Asahan.
Sekolah di Gili Asahan ini memang masih tergolong kurang layak. Hanya 1 ruangan yang bisa digunakan untuk proses belajar mengajar. Satu ruangan tersebut digunakan bersamaan untuk mengajar semua siswa, dengan guru yang hanya 1 orang saja. Kalau teman-teman ada yang mau mencoba untuk membantu mengajar siswa di Gili Asahan, bisa coba lah cek program Seminggu Mengajar Asahan di media sosial Kelas Inspirasi Lombok (misal : @ki_lombok).

Akhirnya bisa ketemu juga dengan Akrom, salah satu siswa di Gili Asahan yang sempat terjatuh dan mengalami kelainan di tulangnya yang sekarang sudah sembuh berkat bantuan teman-teman lewat #UntukAkrom. Kursi dan bangku mereka pun juga sudah banyak yang baru.

Berada di pulau kecil, dengan pendidikan yang terbatas tidak membuat Laskar Asahan berkecil hati. Mereka tumbuh menjadi anak yang riang dan mudah bergaul dengan orang baru. Meskipun mereka juga tetap usil dan susah diatur seperti anak-anak lainnya. Salah satunya Nella, seorang anak dengan baju pink, sandal pink dan payung pink yang hampir di sepanjang jalan menggenggam tanganku sambil bercerita tentang warna kesukaannya, yaitu ungu, seperti aku.

Kebiasaan mereka selesai sekolah, setelah mengaji adalah mandi di pantai dan bermain di dermaga. Untuk apa puluhan game di gadget dan ratusan video anak di Youtube, jika di pantai mereka menemukan tawa bahagia. Seneng lihatnya.
Pingin balik ke Gili Asahan lagi sebenarnya, bantu ngajar. Tapi, banyakin stok sabar dulu menghadapi keusilan mereka. Aku aja kemarin digodain mau diceburin dari dermaga.
Gili Trawangan, Terima Kasih
Kalau yang lain ke Gili Trawangan buat liburan, beberapa kali ke pulau yang ngehits ini dengan rutinitas berbeda. Rutinitas itu adalah datang ke SDN 2 Gili Indah, lokasi Kelas Inspirasi Lombok 3 yang lalu.
Setelah selesai dengan kegiatan Gili Trawangan Carnival di April 2017 lalu, hari tersebut kami datang ke sana lagi untuk menyerahkan foto hasil kegiatan dan bersilaturahmi dengan pihak sekolah. Kami begitu senang sampai di sekolah disambut pelukan hangat dari Bu Farida, guru yang mengurusi perpustakaan di SDN 2 Gili Indah. Harapannya nanti bisa kembali ke Gili Trawangan lagi buat ketemu anak-anak dan bikin kegiatan sama mereka, lumayan jadi Gili Trawangan Carnival part 2.

Kalau ke Gili Trawangan jangan lupa coba nasi bungkus sama Gili Gelato-nya, lumerrrrrr..

By the way, terima kasih Gili Trawangan. Yang pernah dimulai di sana, di sana pun aku ikhlaskan, bersama ombak di Gili Trawangan. Eeeaaakkk, hokyaaa.
Setelah dulu Lombok menjadi wishlist buat liburan, lama kelamaan Lombok jadi sejenis rumah kedua. Liburan kok beli stationery, bukan jalan-jalan.
Abis ini ke Lombok lagi ga?
Move on-nya berat, aku kuat ga ya?
Leave a Reply