Siapakah pendiri “Poedjangga Baroe” yang saya maksud di sini? Atau mungkin malah ada yang bertanya, apakah “Poedjangga Baroe” itu? “Poedjangga Baroe” adalah sebuah majalah sastra Indonesia yang mulai diterbitkan di bulan Juli 1933 dan berhenti terbit pada bulan Februari 1942. Majalah ini didirikan oleh Armijn Pane, Amir Hamzah dan Sutan Takdir Alisjahbana (STA). Terbitnya majalah ini juga sebagai penanda lahirnya Sastra Indonesia Angkatan Pujangga Baru. Angkatan ini muncul sebagai reaksi atas banyaknya sensor yang dilakukan oleh Balai Pustaka terhadap karya sastrawan di masa tersebut.
Jadi, siapakah pendiri “Poedjangga Baroe” yang saya maksud? Beliau adalah Sutan Takdir Alisjahbana. Mungkin ada yang ingat karya beliau apa saja?. Yang paling saya kenal adalah novel “Layar Terkembang” yang mulai diterbitkan tahun 1936. Ternyata beliau tidak hanya menulis novel tersebut, beliau sebelumnya pernah menulis novel “Dian Yang Tak Kunjung Padam” (1932) dan juga novel “Anak Perawan di Sarang Penyamun” (1940). Tidak hanya novel, beliau juga pernah menulis kumpulan sajak berjudul “Tebaran Mega” pada tahun 1935. Atas karya-karyanya tersebut dan kontribusi beliau terhadap perkembangan sastra dan bahasa di Indonesia, beliau pernah mendapatkan penghargaan Satyalencana Kebudayaan dari Pemerintah Republik Indonesia pada tahun 1970.

Dian Yang Tak Kunjung Padam
Kebetulan, kira-kira sebulan yang lalu, sewaktu hunting buku di salah satu jaringan toko buku terbesar Indonesia, saya menemukan dua buku yang sampulnya unik, jadul banget. Setelah saya dekati, ternyata kedua buku tersebut adalah buku “Dian Yang Tak Kunjung Padam” dan “Anak Perawan di Sarang Penyamun” karya STA. Saya coba mencari di sekelilingnya, apakah ada buku “Layar Terkembang” juga, tapi ternyata hanya dua buku ini tersedia. Buku ini cukup tipis, antara 110 – 150 halaman, dan dibanderol dengan harga yang cukup miring dibandingkan buku-buku yang lain, sekitar Rp 30,000. Soo, bungkus lah.